Kekuatan optimisme hidup tidak hanya diperoleh dari kekuatan kata-kata manusia, tetapi juga orang bisa belajar dari Asplenium nidus yang meletakkan hidupnya di atas dasar batu.
Tumbuhan Asplenium nidus adalah jenis bunga yang hidup di beberapa negara di dunia, termasuk di Asia. Nah, di mana saja di Asia? Tentu terjawab bahwa bunga Asplenium nidus itu hidup juga di Indonesia. Secara khusus saya menemukan secara langsung keunikan bunga Asplenium nidus atau di Indonesia disebut dengan nama Sarang Pakis pada waktu liburan Juli 2019 lalu di Flores. Sebenarnya bunga Asplenium nidus itu menjadi tumbuhan liar di Flores yang bisa tumbuh banyak sekali di pesisir sungai. Asplenium nidus yang menggugat pikiran dan hati saya adalah Asplenium nidus yang tumbuh di atas batu. Pertama kali saya melihat pemandangan itu, terasa dalam hati saya "wow indah sekali, kok bisa ya bunga itu tumbuh di atas batu." Mengapa ada rasa heran dan kagum?
Keheranan dan kekaguman saya karena 2 alasan berikut ini:
1. Asplenium nidus, bisa hidup di atas batu
Umumnya di Flores, orang menemukan bunga hidup di atas tanah atau pada pohon, termasuk jenis Asplenium nidus, sering ditemukan pada pohon. Pemandangan biasa tentunya, jika orang menemukan Asplenium nidus lengket pada pohon atau sudah dipindahkan pada suatu vas bunga yang bagus dan indah seperti bunga-bunga lainnya. Namun, pernahkah bunga Asplenium nidus hidup di atas dasar batu?
Bagi saya pemandangan dan kenyataan itu termasuk kategori langka. Kelangkaan itulah yang mendorong saya untuk mendokumentasikannya pada Juli 2019 lalu, mesti tanpa punya rencana bahwa suatu saat saya akan menulis tentang keajaiban bunga Asplenium nidus. Dalam hal ini, saya berterima kasih kepada Kompasiana, dengan aktif menulis di Kompasiana, saya tergerak pula untuk lebih dari sekedar menyimpan foto bunga Asplenium nidus yang unik nan ajaib itu, tetapi menulis dan merefleksikan maknanya.
Bunga Asplenium nidus itu hidup pada pusaran sejarah tempat diamnya Embe Zero, sang istri dari Sawijawa dalam mitos kampung Nggera Mbari. Pada pesisir dari apa yang disebut Zia puu atau gua utama itu berdiri sebuah batu yang tampak retak, dengan posisi membusung setengahnya ke arah gua itu tanpa terjatuh. Terlihat miring, namun retakan itu tidak memisahkan kedua sisinya, apalagi hingga jatuh tersungkur. Ya, dalam suatu sudut pandang dari arah timur, ketika saya mengambil gambar itu cuma terlihat keanggunan batu yang menjadi dasar kehidupan Asplenium nidus. Hati kecil saya cuma berbisik, 'di depan mata saya ada gambar tentang kehidupan yang sungguh unik.'
2. Asplenium nidus dan perspektif spiritual tentang dimensi kehidupan Sejenak saya menarik nafas di keheningan alam Timu Awu waktu itu untuk masuk dalam perspektif spiritual tentang dimensi kehidupan seperti Asplenium nidus yang hidup di atas batu. Ya, ibarat manusia membangun rumahnya tidak di atas dasar pasir, tetapi di atas dasar batu sebagai tempat diam yang dinamakan rumah, tempat tinggal. Demikian juga, Asplenium nidus membangun kehidupannya di atas dasar batu. Rumah tidak akan bertumbuh, tetapi Asplenium nidus itu adalah makhluk hidup yang bertumbuh, bahkan mengalami siklus hidup layaknya bunga-bunga lainnya. Mungkinkah kehidupan seperti itu terjadi?
Mau baca selanjutnya, klik di sini: Asplenium Nidus dan Pesan untuk Kehidupan Halaman 1 - Kompasiana.com
Suara Keheningan | Ino Sigaze