Ditulis Oleh: Kristina Agnes Mukin
Presiden Joko Widodo pada 7 Desember 2020 menyampaikan kabar baik bahwa vaksin covid-19 telah tiba di Indonesia. Sebanyak 1,2 juta vaksin buatan Sinovac yang dibawa dari Beijing, Tiongkok ini akan diuji kelayakan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Bila layak digunakan, maka barulah diberikan pada masyarakat di Tanah Air. Dalam pengumumannya, Presiden mengatakan bahwa “ini kabar baik”. Bagaimana tidak, pada awal tahun 2020 saja, kita sudah dihantui oleh ganasnya virus covid-19 yang ditemukan di Wuhan, Cina. Awal Maret 2020, ditemukan ada warga Indonesia yang terjangkit dan positif covid-19.
Foto: Kristina Agnes Mukin | Promosi Tenun Ikat Maumere
Penyebaran virus corona ini masih terjadi sampai penghujung tahun 2020. Sampai 10 Desember 2020 tercatat di Indonesia ada 598.933 kasus yang terkonfirmasi. Dimana 88.622 kasus aktif, 491.975 orang sembuh dan 18.336 orang yang meninggal dunia. (Sumber: https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19) Virus yang tidak kasat mata ini benar-benar mengubah tatanan kehidupan dari berbagai aspek. Tidak terkecuali pola perilaku manusia dan juga dimensi kehidupan spiritual pun ikut berubah. Kebiasaan berdoa, menyambut Tubuh Darah Kristus secara langsung belum dapat dirasakan kembali hingga saat ini, khususnya bagi masyarakat yang masih berada di zona merah penyebaran covid-19.
Perayaan malam Paskah pada bulan April 2020 yang lalu, tidak dapat dilaksanakan secara langsung. Perayaan Ekaristi bagi orang Katolik yang merupakan puncak perayaan iman dalam kesatuan dengan Kristus pun hanya bisa diikuti dari rumah secara online. Umat beriman hanya bisa menyiapkan lilin dan salib Tuhan Yesus di rumah mereka, selanjutnya menyaksikan dan mengikuti upacara misa dari layar smartphone, sepertinya hal itu akan terulang kembali pada malam Natal 2020 nanti. Sadar atau pun tidak, sebagian besar umat beriman masuk dalam suasana perayaan Ekaristi, tetapi kehadiran fisik mereka tidak di dalam sebuah gereja, melainkan di rumah mereka masing-masing. Pengalaman seperti itu sungguh membuat canggung awalnya. Akan tetapi, sebagian besar umat Kristiani yakin demi kebaikan dan keselamatan orang lain dan diri sendiri, sesuatu yang canggung dan janggal pun tetap dilakoni sembari menunggu babak baru tentang penaklukan covid-19.
Menyaksikan Presiden RI menyampaikan kabar baik tentang kedatangan vaksin, terasa sekali bahwa Presiden telah menyalakan lilin harapan baru tentang jaminan kehidupan yang lebih baik. Hidup tanpa ketakutan akan keganasan virus yang dapat dicegah dengan mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak ini. Kabar baik, kabar gembira, kabar sukacita tentu tidak asing bagi kita umat Nasrani yang sering membaca Kitab Suci atau mendengar homili dari para Pastor. Dalam bahasa Yunani, terdapat kata ευαγγελιον (baca: euanggelion) yang berarti kabar baik. Dalam bahasa Inggris yaitu gospel. ευαγγελιον merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut keempat Injil di dalam buku Perjanjian Baru menurut kepercayaan Kristen. Keempat Injil tersebut adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Di dalam Injil Lukas misalnya disebutkan tentang “kabar baik.” Kisah pemberitahuan tentang Yohanes Pembaptis di dalam Lukas 1:5-25 bisa menjadi rujukan untuk mengerti apa artinya suatu kabar baik. Kabar baik dalam konteks penginjil Lukas sebetulnya terkait dengan sesuatu yang di mata manusia tidak bisa dipercaya, tetapi pada kenyataan benar terjadi. Bisa dilihat dialog antara Zakharia dan malaikat Gabriel. “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal itu akan terjadi”? Tanya Zakharia setelah mendengar bahwa isterinya Elisabeth yang sudah lanjut umur itu akan melahirkan anak laki-laki. Pada jawaban malaikat Gabriel itu ditemukan kata “Kabar baik.” (bdk. Luk 1: 19).
Dalam konteks yang lain, kabar baik adalah kabar tentang datangnya Juruselamat, kabar baik tentang Kerajaan Allah. Kabar baik tentang keselamatan bahkan kabar baik itu terpenuhi dalam diri Yesus Kristus sendiri. Sebab Ia tidak hanya berbicara tentang kesembuhan orang sakit, tetapi Ia sendiri menyembuhkan orang sakit. Ia tidak hanya bicara tentang kebangkitan orang mati, tetapi Ia membangkitkan orang mati. Ia tidak hanya berbicara tentang orang lumpuh yang berjalan, tetapi Ia telah membuat orang lumpuh berjalan. Demikian juga kabar baik yang diramalkan para nabi terpenuhi di dalam diri Yesus Kristus.
Virus yang mengubah pola kebiasaan hidup manusia setahun ini bisa membuat kita kehilangan harapan. Awal tahun disambut dengan ucapan syukur dan list resolusi perubahan hidup yang lebih baik, mendapat tantangan dengan kehadiran covid-19. Tidak terasa, kita sudah berada di ujung tahun 2020. Kita bisa bertanya: Ada berapa resolusi di tahun ini yang tercapai? Ada berapa harapan baru yang akan direalisasikan pada tahun 2021 nanti? Mungkin hanya pribadi kita yang bisa mengatakan sesuatu tentu dengan kekuatan harapan untuk menemukan jawabannya.
Kabar baik, apakah akan selalu baik? Apakah benar Vaksin covid-19 yang sudah ada di Tanah Air ini bisa baik untuk tubuh kita demi menangkal virus corona? Kabar baik seperti apakah yang mungkin datang dari Tuhan di tahun ini dan tahun depan? Akhirnya, kita bisa saja berkata seperti Santa Edith Stein seorang Suster Karmel: “Oh salib, harapanku satu-satunya”. Harapan akan selalu ada, bila kita percaya! Mari belajar masuk dalam keheningan dan temukan jawaban untuk hidup kita.
Editor: Ino Sigaze, O.Carm
Jika Anda tertarik dengan tulisan ini, silahkan berikan komentar positif Anda pada kolom di bawah ini.