Suara Keheningan | Inosensius I. Sigaze
Artikel asli bisa dibaca di sini: Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Misteri Cinta Segitiga Kota Pancasila dan Dahan-dahan Ranggas", Klik untuk baca: https://www.kompasiana.com/inosensius280778/614828b706310e2953467775/dahan-ranggas-dan-teduhnya-kota-pancasila Kreator: Inosensius I. Sigaze Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Berhenti sejenak sambil menarik nafas dan menatap keindahan bukit-bukit yang mengapit kota Pancasila, Ende Flores, NTT, mungkin saja saat itu ada letupan kata tentang syukur dan keindahan alam ciptaan. Ya tentang Dia Sang Pencipta.
Ini bukan saja sajak dan fiksiana, tetapi kenyataan alam yang ada di sana. Mata terpesona umumnya karena keindahan alam, namun mata juga terkadang jenuh jika orang tidak pernah berhenti sejenak untuk menatap alam. Sensasi keindahan alam dan kepuasan mata manusia mesti berjalan bareng dengan saat-saat teduh di mana orang harus berhenti dan menatap alam.
Alam dan keindahannya selalu terbuka pada siapa saja dan untuk apa saja.Perjalanan sore itu merupakan pertama kalinya melintas dari Rajawawo melalui kampung Dori dan terus sampai ke Maunggora. Tempat-tempat ini terlalu asing untuk para pembaca, namun saya berani menyebutnya karena di sana ada titik-titik indah yang perlu suatu waktu siapa saja bisa berdiri di sana untuk menatap fajar dan senja.
Bisa dipastikan bahwa tidak semua orang bisa mengatakan dahan ranggas itu indah atau lautan biru berderet sejajar dengan puncak gunung Meja itu romantis adanya. Hanya oleh orang-orang yang punya rasa dan peduli alam dan lingkungan, yang bisa merasakan keindahan itu dan juga bisa mengatakan sesuatu tentangnya.
Promosi destinasi keindahan alam mesti mulai dari gambar kecil dan kisah-kisah kecil. Nah, dari perspektif inilah saya mencoba menyimpan kenangan dalam suatu perjalanan ke kota Ende, kota tempat bapak pendiri bangsa merenungkan Pancasila.
Dari posisi dan arah yang berbeda saya menatap kota Pancasila dengan cakrawala gagasan yang memberi pengertian tentang mengapa sebuah kota itu menjadi kota yang indah? Berikut ini ada 5 Unsur yang mendukung keindahan kota Pancasila:
1. Ada deretan bukit dan pegunungan
Memang umumnya orang percaya bahwa keindahan itu ada dalam kancah Subjektivitas pikiran manusia, namun jika orang jujur menilai dan mengatakan Tata letak sebuah Kota yang persis dekat bukit dan pegunungan atau bahkan diapit oleh gunung, ternyata punya aura eksotis yang tidak tergantikan.
Kota Ende adalah contohnya, kota itu berada di bawah 3 kaki gunung, yakni gunung Meja, Ia dan Wongge. Keindahan itu lebih dalam lagi berakar pada mitos tiga gunung itu. Mitos cinta segitiga antara Ia, Meja dan Wongge bisa saja menjadi percikan drama cinta manusia modern.
Ya, manusia modern ini tidak asing dengan cerita-cerita tentang cinta segitiga. Meja Sang gadis cantik tentu punya pilihan dari latar kebebasan yang dimilikinya. Namun, kebebasan yang disertai dengan ungkapan perbandingan yang melecehkan sering berdampak fatal. Konon Meja pernah berujar demikian, "Jao fonga nee Ia ata masa mina, dan jao bhazo nee Wongge ata mbuku koke." Meja mengatakan bahwa dirinya mau dengan Ia, karena Ia orang yang bersih, punya wajah kinclong, dan tidak mau dengan Wongge karena Wongge punya wajah bersisik.
Siapa bisa tahan marah jika harus berhadapan dengan Ucapan seperti itu? Rasa malu Wongge memuncak hingga tidak sanggup menahan amarah, akhirnya leher Meja dipangkasnya. Tak hanya itu Ia melempar parangnya ke laut, hingga terbentuklah pulau Ende dengan bentuk mirip seperti parang Ende. Sejarah duka dan tragis itu berubah jadi sebuah view yang menawan hati dan memanjakan mata.
Ya, mitos cinta segi tiga, mengalami metamorfosis di dalam alam dan peradaban manusia hingga melahirkan keindahan alam.
2. Air laut
Bagaimana pun corak anggun gunung-gunung seperti deretan pegunungan di Alpen Swiss, rasanya tidak akan menampilkan dimensi spiritual yang dalam dan bercorak mistik tingkat tinggi jika tanpa adanya air. Nah, Air laut yang mengisi lekukan tanjung di sepanjang lereng gunung Ia dan Meja tidak bisa dipisahkan dari cerita eksotis Kota Ende secara keseluruhan, khususnya dari bibir lensa udara.
Dari ketinggian di atas udara, kota Ende seperti kota kecil dalam genggaman sejarah cinta segitiga Ia, Meja dan Wongge. Cinta dan drama pelecehan itu kini sudah terlebur menjadi pesona yang menjanjikan cinta sejarah dan Pancasila.
Dari rahim mitos drama cinta segitiga itulah, Soekarno bersemi dalam keheningan lereng-lereng gunung itu menemukan butir-butir peradaban yang mempersatukan semua hingga kini. Tidak heran unsur air juga menjadi kekhasan rumah kediaman bapak pendiri bangsa kita khususnya di Ende.
Ada sumur perigi yang airnya masih tetap ada hingga sekarang. Ya, sumber air minum yang tidak pernah kering dari dulu hingga saat ini. Sebuah warisan sejarah yang menyimpan daya tarik spiritual tentang sebuah kota dengan perigi tua, tempat timbaan sang proklamator bangsa.
3. Hutan
Keindahan kota Pancasila, kota Ende tidak bisa dipisahkan dari gambaran tentang hutan yang mengelilinginya. Bagian timur tidak terlalu tampak lebat, kecuali pohon-pohon kelapa, bagian utara baru bisa terlihat wajah hutan tua di atas gunung Wongge, sedangkan bagian barat terlihat umumnya padang rumput dan dahan-dahan ranggas pohon reo yang tumbuh di sana.
Meskipun demikian, dari deretan perbukitan gersang dengan rumput hutan yang jarang, tumbuh sangat dominan pohon-pohon reo yang mirip seperti pohon-pohon di Eropa di musim gugur. Dahan-dahan ranggas berdiri di atas deretan perbukitan hingga mencapai Nangapanda.
Kekhasan alam itu memang tidak dibangun dengan konsep yang memang dirancang seperti itu, tetapi hanya merupakan kebiasaan masyarakat untuk menanam pohon reo sebagai pohon pagar di area kebun-kebun mereka. Namun tidak salah bahwa dahan pohon reo ikut menjadi unsur yang mendukung keindahan alam tidak hanya ke arah timur, tetapi juga saat senja ke arah barat, sekurang-kurangnya dari sorotan kamera yang pernah ada selama ini.
4. Sudut pandang
Unsur sudut pandang sangat menentukan keindahan suatu objek. Indah dan tidaknya suatu tempat bisa juga sangat dipengaruhi oleh posisi sudut pandang dari mana objek itu dilihat. Perpaduan deretan perbukitan dan pegunungan, air laut, hutan akan menjadi satu kesatuan yang sangat menakjubkan jika pengamat berada pada suatu posisi yang memang disertai dengan aspek rasa terdalam.
Rasa pribadi itu menjadi semacam energi yang menggabungkan perpaduan unsur-unsur berbeda ke dalam satu bingkai pemandangan hingga menjadi seperti sebuah gambar. Kenyataan menunjukkan juga bahwa sekalipun unsur-unsurnya sama, namun ketika unsur-unsur itu dilihat dari suatu sudut pandang tertentu yang tidak melibat rasa keindahan, maka semuanya tidak memberikan kepuasan pada rasa yang terdalam.
Sebetulnya dalam diri manusia ada suatu energi estetika yang meletup setiap saat ketika mata memandang sesuatu yang lain. Secara subjektif pemandangan atau objek itu langsung memberikan informasi berdasarkan tingkat kepuasan yang telah dinikmatinya.
Karena itu, tidak heran orang sering mengabadikan suatu objek sering dari sudut pandang yang berbeda-beda.Senja dari sudut pandang kota Ende | Dokumen pribadi oleh InoBeda sudut pandang, tentu memberikan rasa yang berbeda pula.
Tentu hasil dan dokumentasi yang disimpan pun terlihat dalam bingkai kenangan yang berbeda-beda. Karena itu, menjadi kreatif dalam menemukan sudut pandang bisa menjadi modal untuk menemukan sensasi estetik yang berbeda-beda. Berdiri di depan dahan ranggas menjadi gambar lebih indah, ketimbang saya berdiri sambil membelakang dahan ranggas dengan maksud mengabaikannya.
Silahkan amati sekali lagi gambar di atas. Ini soal cara menghadirkan sesuatu yang lain yang sangat kontras untuk menciptakan ketegangan dalam sudut pandang terhadap objek di depan mata.
5. Unsur pencahayaan
Sebagian orang mungkin masih menganggap sepele dengan pencahayaan, namun jika orang benar-benar tenggelam dalam keindahan alam dan rasa seni dalam dirinya, maka pencahayaan itu ternyata punya peran yang sangat penting.
Cahaya teduh, terang dan gelap, rona merah bersinar, semuanya sangat menentukan perpaduan unsur-unsur gunung, air, hutan dan sudut pandang.Unsur pencahayaan bisa sangat menentukan ketajaman perbedaan warna dari semua unsur yang masuk dalam bingkai perspektif tertentu pada waktu tertentu.
Keindahan suatu objek sangat dipengaruhi oleh unsur pencahayaan. Hal ini karena sekalipun empat unsur lain di atas ada di dalamnya namun jika warna ruang sangat didominasi oleh warna gelap, maka kontradiksi warna yang melekat pada setiap unsur akan tidak kelihatan.
Kehilangan kontradiksi bisa berarti sama dengan kekakuan yang bisa saja menjadikan unsur-unsur perbedaan itu tidak menarik dalam suatu bingkai sudut pandang. Sebaliknya semakin tajam perbedaan dan sekaligus kekhasan dari masing-masing unsur menjadikan objek dalam bingkai tertentu menarik dan unik.
Ulasan terkait lima unsur yang membentuk satu kesatuan tentang kota Pancasila dalam suatu sudut pandang dari titik refleksi diatas puncak kampung Maunggora, bisa menjadikan kota Ende lagi-lagi terlihat eksotis ketika menjemput senja.
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal ini:
1. Keindahan mitos cinta segi tiga gunung di sekitar kota Pancasila telah membentuk gagasan tentang hubungan tidak terpisahkan antara alam, manusia, mitologi kehidupan dan keindahan sudut pandang manusia.
2. Air menempati unsur spiritual yang selalu menyajikan dimensi mistik tidak terduga. Lihat saja tempat-tempat ziarah terbesar masing-masing agama, di sana pasti ada mata air yang dicari manusia.
3. Keteduhan alam tidak bisa dipisahkan dari cerita tentang lestarinya hutan. Hutan telah menyajikan pesan kehidupan yang saling melindungi dan saling menopang bukan cuma manusia, tetapi binatang dan satwa-satwa lainnya.
4. Hidup manusia tidak pernah jauh dari sudut pandang yang dicari dan ditemukannya. Orang bisa saja mengatakan keindahan kota bisa saja gampang ditemukan, namun ia tidak sanggup sungguh-sungguh mendekatinya karena ia sendiri kehilangan sudut pandang.
5. Keagungan alam, manusia dan tumbuh-tumbuhan hanya bisa terlihat begitu jelas ketika dunia diliputi terang dan cahaya. Jangan melupakan cahaya yang memberi kejelasan pada setiap kontradiksi unsur-unsur di sekitar kita.
Demikian beberapa ulasan tentang misteri cinta segi tiga kota Pancasila yang dibentuk dari lima unsur yang berbeda di dalamnya. Bahkan keindahan kota itu dibentuk dari posisi dahan ranggas dalam satu perspektif yang tidak terduga. Seni dan kekaguman memang unik dan misterius.
Karena itu, apapun lukisan dalam tulisan ini tidak terlepas dari jeritan dan letupan rasa yang sangat pribadi. Anda mungkin punya kata dan gagasan, bahkan rasa yang berbeda, dan tentu itulah kekayaan seni. Kekayaan seni yang tumbuh dari kejelian melihat dan mengungkapkan realitas yang biasa sehari-hari.
Salam berbagi, ino, 21.09.2021.