Suara Keheningan | Ino Sigaze
Baca Artikel aslinya: Tiga Cara Mengubah Rasa Ditolak untuk Memasuki Zona Baru yang Kreatif Halaman 1 - Kompasiana.com
Mengubah rasa ditolak menjadi karya akhirnya punya hubungan erat tidak hanya dengan diri sendiri, tetapi juga dengan orang lain; tidak hanya menghubungkan seseorang dengan keheningan, tetapi juga dengan sumber-sumber spiritual.
Siapa pun dia dan seberapa besar daya tahan yang dimiliki seseorang, jika mengalami rasa ditolak, orang akan tetap merasakannya sebagai sesi kehidupan yang tidak enak. Meskipun demikian, pengalaman tidak enak itu bukan berarti buruk atau tidak berguna sama sekali, tetapi bisa saja menjadi batu loncatan kepada suatu perubahan.
Pengalaman membuktikan bahwa rasa ditolak telah mengubah kepada suatu zona baru yang jauh lebih berarti dan penting.
Akan tetapi, untuk sampai pada zona baru, yang kreatif dan produktif serta berkarya secara lebih nyata, orang pasti berproses mengolah semua rasa, bahkan lebih-lebih rasa kecewa dan ditolak yang pernah dialaminya.
Ada 3 Cara Menepis Rasa ditolak untuk masuk ke zona baru yang lebih kreatif:
1. Mengambil waktu untuk hening sendiri
Waktu hening itu sangat penting agar ketenangan batin dan pikiran tetap dikendalikan. Dalam waktu hening yang dialokasikan itu, orang bisa melihat kembali persoalan dengan jernih dan rasional. Melihat dan menilai kembali persoalan secara objektif tidak bisa dipisahkan dari saat hening.
Orang harus jujur dengan dirinya sendiri tanpa membela diri juga tidak bisa jauh dari keheningan batin dan pikiran. Keheningan batin akan sangat membantu seseorang tidak hanya untuk melihat segala sesuatu dengan jernih, tetapi juga memberikan kemungkinan bagi orang itu sendiri untuk menerima dirinya.
Ya, sebuah keyakinan yang tumbuh dalam ranah kehidupan spiritual dan mengolah diri tidak bisa dianggap sebelah mata terkait perannya sebagai rahim dari suatu perubahan suasana batin.
Ketenangan diri akan dipulihkan justru di dalam keheningan itu. Oleh karena itu, keheningan mungkin lebih tepat disebut sebagai teman terbaik bagi orang yang pernah mengalami rasa ditolak.
2. Menuliskan komitmen untuk mencapai kemenangan
Umumnya orang bisa mengatakan apa saja tentang orang lain, bahkan dengan kata-kata yang kasar dan merendahkan. Kadang pula tidak terkontrol muncul anggapan yang meremehkan orang lain, khususnya terkait sesuatu yang sedang diusahakan.
Nah, bagaimana mengubah anggapan-anggapan itu? Kalau diperhatikan dengan lebih teliti, ukuran-ukuran yang ditakarkan, komentar yang pada saat itu menyakitkan adalah seperti sebuah cita-cita.
Saya merujuk pada pengalaman sederhana di mana sebagian orang menganggap remeh pada kebiasaan kecil seperti menulis puisi kecil pada dinding facebook. Pada waktu itu diremehkan dengan takaran yang begitu tinggi, apa artinya menulis di facebook kalau dibandingkan di media yang lebih besar seperti menulis di Kompas.
Kata Kompas langsung saya catat bagaikan sebuah janji tertulis yang saya sendiri tidak tahu entah kapan bisa menjadi nyata. Penolakan, sinis dan ukuran-ukuran yang meremehkan langkah kecil pada waktu itu diterima dengan lapang hati.
Tanpa dengan sadar sebenarnya janji itu menjadi semakin dekat dan nyata, meskipun tidak dikejar dan diburu dengan keinginan yang kuat untuk sekedar menunjukkan bahwa ucapan penolakan telah berubah arah. Bukan untuk menunjukan kesuksesan, tetapi untuk menunjukkan betapa berartinya kritik dan penolakan yang bisa diolah dan diubah hingga bisa meraih yang paling susah.
Pilihan untuk mengolah rasa sampai bisa berubah menjadi sebuah karya nyata mungkin tidak bisa dikatakan sebagai pilihan yang mudah. Apalagi, jika rasa yang dialami itu tidak langsung sebagai rasa yang indah dan menyenangkan.
Menulis komitmen untuk mencapai kemenangan adalah satu cara praktis agar tetap ingat bukan cuma soal sakitnya takaran orang yang mengubah cara pandang, tetapi juga tentang mengubah takaran orang menjadi nyata di dalam karya.
Menulis komitmen untuk mencapai suatu kemenangan itu ternyata sangat penting karena pada saat orang menulis komitmen, fokus dan perhatian sedang dituntun kepada suatu tujuan baru yang berguna dan bukan untuk menciptakan suatu penolakan kepada orang lain.
3. Berbagi cerita dengan orang yang sungguh dipercaya
Cara menepis rasa ditolak yang ketiga adalah dengan mensharingkan cerita pada orang yang sungguh bisa dipercaya. Cara ini sebenarnya bukan merupakan cara baru lagi. Meskipun demikian, bagi saya cara ini ditempatkan sebagai cara ketiga dan bukan cara pertama.
Kebanyakan orang terburu-buru membagikan cerita tentang suasana batinnya ketika mengalami saat-saat ditolak. Tentu bisa saja baik untuk sebagian orang, namun bagi saya tidak demikian.
Langkah yang penting dan menjadi langkah prioritas adalah masuk ke keheningan diri lebih dulu, baru berbagi. Mengapa? Tenggang waktu saat ditolak sebenarnya saat di mana seseorang mengalami ketidakstabilan secara emosional.
Pada saat seperti jika langsung berlari kepada orang yang dipercayai, maka akan sangat mungkin orang tidak bisa dengan jernih menentukan sendiri hidupnya.
Penentuan diri atau selbst Bestimmung adalah tema penting yang muncul belakangan ini khususnya di Jerman. Latar belakang dari munculnya tema penentuan diri ini adalah penyalahgunaan wewenang dalam institusi-institusi yang berkaitan langsung dengan pelayanan konsultasi.
Pada prinsipnya, penentuan diri atau selbst Bestimmung memberikan kerangka gagasan spiritual agar orang tidak tergantung pada keputusan orang lain, tetapi orang dibimbing untuk bisa menentukan keputusannya sendiri.
Keputusan sendiri yang diambil itu tidak hanya sekedar mengacu pada kata "teman dekat atau orang dekat atau orang yang sungguh dipercayai", melainkan berdasarkan sumber spiritual atau spiritual Resource. Apa yang termasuk spiritual Resource sebenarnya mencakup tulisan-tulisan yang dianggap sebagai suatu ajaran resmi dari suatu institusi, ajaran spiritual tokoh tertentu, dokumen-dokumen yang punya otoritas yang berkaitan dengan kebenaran yang diakui umum, prinsip-prinsip moral dan kemanusiaan umumnya.
Untuk mengubah rasa menjadi karya itu bisa saja sangat mudah, jika orang sudah punya kebiasaan mengolah rasa. Namun, untuk mengubah rasa kecewa, ditolak hingga menjadi karya tanpa dendam pada orang yang menolaknya itu butuh waktu untuk masuk ke dalam keheningan batin, proses dan perjuangan.
Jika orang pernah mencoba mengolah rasa kecewa, ditolak, maka orang akan mengerti betapa berartinya jika orang punya kemampuan untuk mengolah rasa itu. Proses mengolah rasa itu seperti proses memasuki zona baru yang lebih dalam lagi. Orang tidak hanya mengerti kata penolakan itu sebagai penolakan, tetapi di sana ada kata-kata selipan cita-cita dan kemenangan.
Berproses untuk menepis rasa ditolak itu adalah pilihan untuk mencapai kedalaman hidup, keakraban dengan diri sendiri, penerimaan diri dan juga latihan untuk penentuan diri sendiri berdasarkan sumber spiritual.Mengubah rasa menjadi karya akhirnya punya hubungan erat tidak hanya dengan diri sendiri, tetapi juga dengan orang lain; tidak hanya menghubungkan seseorang dengan keheningan, tetapi juga dengan sumber-sumber spiritual.
Demikian tiga cara menepis rasa ditolak yang memungkinkan seseorang tidak membenci dirinya, juga tidak menolak sesama yang pernah menolaknya, tetapi ia dibimbing kepada penerimaan diri, ampun yang dalam hingga cemerlang berkarya menulis pergulatannya.
Salam berbagi, ino, 28.05.2021.