Hidup itu TIDAK SELAMANYA.
Tidak selamanya sukses supaya saya bisa belajar menerima kegagalan orang lain. Saya baru bisa menerima kegagalan orang lain, kalau saya bisa menerima kegagalan diriku sendiri.
Tidak selamanya kuat supaya saya bisa belajar menerima kelemahan orang lain. Saya baru bisa menerima kelemahan orang lain, kalau saya sudah bisa menerima kelemahan dan kekurangan diriku sendiri.
Tidak selamanya benar supaya saya bisa belajar menerima kesalahan orang lain. Saya baru bisa menerima kesalahan orang lain, kalau saya sudah bisa menerima kesalahan diriku sendiri.
Tidak selamanya beres supaya saya bisa mengerti dan menerima ketidakberesan orang lain. Saya baru bisa menerima ketidakberesan orang lain, jika saya sudah bisa menerima ketidakberesan diriku sendiri.
Tidak selamanya bahagia supaya saya belajar mengalami kesedihan orang lain. Saya baru bisa menerima kesedihan orang lain, jika saya bisa menerima dan mengolah kesedihan diriku sendiri.
Tidak selamanya tertawa supaya saya bisa belajar menerima dan mengerti tangisan orang lain. Saya tidak bisa mengerti tangisan orang lain, jika saya tidak mengalami tangisan.
Tidak selamanya tersungkur supaya saya belajar menemukan cara untuk bangkit. Saya tidak akan bisa membangkitkan orang lain, jika saya tidak pernah membangkitkan diriku sendiri dari tersungkur.
Tidak selamanya melihat, supaya saya bisa belajar menerima kebutaan orang lain. Saya tidak akan menerima kebutaan orang lain, jika saya tidak pernah mengalami sendiri menjadi buta.
Tidak selamanya dipuji, supaya saya belajar menerima orang yang dicela dan dicaci maki. Saya tidak bisa menerima orang yang dicela, jika saya tidak pernah dicela dan menerima orang yang mencela.
Tidak selamanya bisa menerima tertawaan orang lain, jika saya sendiri tidak bisa menertawakan diriku sendiri.
Ino Sigaze, O.Carm