Suara Keheningan | Ike Agnes Wicacsari
Berbicara tentang cinta, tak akan pernah ada habisnya. Suatu rasa yang bisa membuat hidup manusia berubah. Cinta mampu mengubah hidup seorang anak manusia. Beribu rasa hadir dalam sebuah kata cinta. Namun dengan cinta yang sama, hidup seseorang bisa hancur dan bahkan hidup bisa berakhir sia-sia.
Saya meyakini bahwa setiap dari kita pernah disentuh oleh kata cinta. Sekecil dan sesederhana apapun...saya yakin, cinta pernah hadir dalam hidup kita. Kisah kita tentang cinta bisa berbeda. Keindahan dan dahsyatnya cinta yang kita rasakan juga tidak akan pernah sama. Bahasa pun bisa berbeda, tapi maknanya tetaplah cinta, sesuatu yang mampu mengubahkan saya, anda, dia, kita, kami, mereka dan bahkan semesta ini.
Guratan kisah cintaku dengan-Nya tidaklah seindah bintang di langit. Kisahku dengan-Nya tidaklah secantik rembulan yang bersinar di malam yang gelap. Ceritaku dengan-Nya tak semulus jalan tol yang sering kulewati. Hanya satu yang kutahu, bagaimanapun keadaanku, seperti apa kondisiku...Dia tetap setia dan mencintaiku selalu.
Aku tidak akan pernah bisa mengatakan kalau dirikulah yang terbaik, atau dirikulah yang paling setia kepada-Mu. Engkau tahu dengan pasti akan semua hal itu. Seringkali langkah kaki ini membawaku menjauh dari cinta-Mu. Kelemahan raga ini mencari cinta yang lain menutup kesetiaan-Mu padaku. Ego dan harga diriku seringkali membuat-Mu terluka. Dan Engkau hanya diam sambil terus menjagaku. Sakit dan luka seringkali ku torehkan pada-Mu, dan Kau dengan semua cinta-Mu selalu saja memenangkan hatiku.
Love....lover...dua kata yang selalu kudengar dan yang selalu Kau katakan padaku. Seringkali aku bertanya mengapa Kau mencintaiku? Padahal Engkau tahu kalau aku seringkali melupakan cinta-Mu. Mencari cinta yang lain yang bisa memenuhi keinginan dan hasratku saat ini. Membandingkan-Mu dengan cinta yang banyak dipeluk mereka.
“Lover...apakah kau bahagia dengan mengesampingkan cinta-Ku?”. Pertanyaan itu seringkali membuatku tersedu dalam deraian air mata dan rasa sesal yang menghujam. Love, tak pernah sedikit pun Kau singgung salahku, tak Kau tanyakan alasanku melakukan semua hal yang menyakiti-Mu dan bahkan tak Kau balas torehan luka yang kubuat dihati-Mu. Kau selalu saja menanyakan apakah aku bahagia ketika meninggalkan-Mu demi yang lain? Kau selalu mengatakan adakah cinta yang lain yang sungguh-sungguh buatku?.
Love...apakah Kau tahu, ketika aku menjauh dari-Mu sesungguhnya aku merasakan kesepian dan kesendirian yang mencekam. Namun ego, harga diriku dan mereka seringkali menahanku untuk kembali pada-Mu. Dihadapan cinta-Mu, aku merasa betapa kecil dan hinanya diriku. Aku merasa tak layak mendapatkan semua cinta dan kesetiaan-Mu. Tapi Love, aku juga tak akan sanggup hidup tanpa diri-Mu.
Aku tak akan bisa jauh dari-Mu. Aku sudah mencobanya Love. Aku mencoba pergi dari-Mu, aku menjauh, tak menyapa-Mu dan tak mau mendengarkan panggilan-Mu. Kau tahu Love, disaat itu...aku merasakan semua menjadi hampa. Hidupku serasa berakhir dan harapanku tiba-tiba menghilang entah kemana.
Love...maafkan aku ya, tanpa sadar seringkali aku membuat-Mu tercabik-cabik dalam pedihnya pengkhianatan dan penyangkalan cinta. Ketika mereka bertanya padaku, “bukankah kau kekasih-Nya?’. Dengan terpaksa aku mengatakan tidak mengenal-Mu. Ketika mereka katakan,”bukankah kau salah seorang yang dikasihi-Nya?”. Aku jawab mereka tidak, aku bukan orang yang dikasihi-Nya, aku sama seperti kalian. Dan ketika mereka memanggil-Mu dengan nama yang lain, aku hanya bisa diam membisu tanpa punya keberanian memanggil-Mu.
Disaat semua terasa sulit bagiku, tiba-tiba Kau hadir dan memanggiku, lover..... Suara dan hadir-Mu membuatku tersungkur dan membawa anganku pada saat Kau pandang dia, Petrus, batu karang-Mu. Pikirku bertanya, apa aku melakukannya juga?. Aku pun menyangkal-Mu dalam semua alasan ragawiku. Aku bukan Petrus-Mu, tapi aku juga menyangkal-Mu banyak kali dalam hidupku.
Aku banyak menyakiti-Mu dalam perjalanan hidupku. Berjuta bahkan bermilyar luka sudah kubuat terhadap-Mu. Namun Kau tak pernah membahas itu ketika kita bertemu. Cinta-Mu, kasih dan sayang-Mu lebih besar dari semua luka yang kubuat atas-Mu. Sambil merayap kucoba menjamah ujung kaki-Mu, namun Kau justru mengangkatku sejajar dengan-Mu, menatap dan membelaiku seraya berkata,”Aku tidak membencimu, Aku tidak memusuhimu.
Aku mencintaimu, Aku menyayangimu dan Aku mau kau berhenti melakukan semua kesalahan itu. Kembalilah pada-Ku dengan keseluruhan diri, jiwa dan ragamu. Tetaplah bersama-Ku bagaimanapun keadaan-Mu. Tahukah engkau, betapa Aku sangat berduka ketika kau memilih meninggalkan Aku? Aku berlari mencarimu ketika engkau tersesat di padang kehidupanmu.
Aku berteriak memanggil namamu, menatap setiap sudut dan terus berusaha mencarimu. Sekarang engkau sudah kembali, mari datanglah pada-Ku dan jangan pergi lagi”. Kau peluk erat diriku dan kupeluk erat diri-Mu yang tergantung di Salib itu karena semua kesalahan, ego dan harga diriku. Kupeluk Engkau dalam keseluruhan diriku. Ya ...Love, aku mau kembali pada-Mu.
Tolong aku untuk tetap ada di sisi-Mu ya... Bantu aku untuk selalu menyadari cinta dan kasih sayang-Mu. Dalam senakel kecil ini, aku berusaha menanti-Mu dengan setia. Aku menanti-Mu kembali seperti dulu. Aku melakukan apa yang Kau minta. Aku tak mau kehilangan-Mu lagi. Aku tak ingin jauh dari cinta dan kasih sayang-Mu. Maafkan aku yang telah menyakiti-Mu. Dalam senakel kecil jiwaku, bersama dengan Ibu-Mu dan para murid-Mu yang lain, aku menanti-Mu. Cintaku, kekasih jiwa dan kerinduanku.
Dari kota GADIS
Dalam penantian Pentakosta 2021
Agnes Ike
Catatan:Senakel dari kata latin coenaculum yang berarti ruang makan atas (loteng), di mana dulu para murid Yesus bersama Bunda Maria berdoa bersama-sama sehati dan sejiwa menantikan turunnya Roh Kudus pada Hari Pentakosta (katekese RP. Thomas Suratno, SCJ27 Jan 2019 dan leaflet DOA SENAKEL oleh RP. A. ARI P, O.Carm)