Suara Keheningan | Charly Crova
Barangsiapa tidak memikul salibnya, dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu, tantang sang Guru, dikutip Lukas di Injil bab empatbelas ayat dua tujuh.
Jadi murid Tuhan, jadi pengikut-Nya sejati lantas tak lepas dari salib.
Hidup tak spontan nyaman, tiada indah cerah senantiasa.
Dibaptis dalam nama-Nya, mesti setia dalam kanjang duka lara
Terkatung bagai biduk diempas gelora lautan,
Terancam remuk pada beting karang kehidupan, dalam kelana rindu
Menggapai pantai harap, memijak bumi baru tertebus.
Ke mana mesti berkaca? Adakah cermin berbalut merahnya senja yang berdarah?
Salib-Nya adalah senja berdarah di matamu,
salibNya adalah suluh di gelapnya langkahmu mercusuar di kaki pantai, tiang batu nan kokoh.
Mercusuar indah di pinggir penderitaan, tiang terindah buat menambat tali iman, luput dicengkeram maut.
Senja kali kini melabuh sauh pada Bandar hatimu, membongkar senyum penghabisanmu, tentang sebuah salib di atas bukit, tentang salibmu, salibku dalam sepih, perih dan luka.
Maukah kamu berdiri di atas bukit memandang salib-NYa?
(Pada suatu senja, sendiri di atas bukit, memandang dalam kesunyian)