Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Betapa pentingnya kebijaksanaan bagi kehidupan. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta revolusi komunikasi peranan kebijaksanaan lebih diperlukan. Namun banyak orang lebih mengandalkan ilmu pengetahuan daripada kebijaksanaan.
Filsafat (cinta kebijaksanaan), ibu semua ilmu seolah terabaikan. Di sebagian lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi di Indonesia filsafat kurang mendapat tempat. Mayoritas kaum akademisi muda rupanya lebih tertarik pada ilmu-ilmu praktis daripada yang filosofis.
Kebijaksanaan mengandung ilmu pengetahuan. Sedangkan ilmu pengetahuan belum tentu membawa di dalam dirinya kebijaksanaan. Ada perbedaan besar antara keduanya.
Ilmu pengetahuan itu kumpulan teori, konsep, dan rumusan tentang kebenaran yang bermanfaat untuk hidup. Supaya bermanfaat mesti diterapkan dalam kehidupan. Namun tidak semua situasi dan kondisi dapat mengakomodasinya. Pada saat itulah kebijaksanaan berperan; memberikan pertimbangan tentang kapan dan bagaimana secara tepat ilmu diterapkan.
Kebijaksanaan menuntun diterapkannya IPTEK hingga membuahkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Tanpa kebijaksanaan penerapan IPTEK bisa menimbulkan banyak masalah baru. Pelbagai kerusakan seperti polusi dan rusaknya kehidupan manusia, misalnya.
Sementara masyarakat dunia dapat maju dan berkembang berkat IPTEK, manusia perlu terus diingatkan untuk menggunakannya secara bijaksana. Selain ilmu pengetahuan, kebijaksanaan juga perlu ditanamkan kepada manusia sejak masih muda.
Penulis Kitab Putera Sirakh mengajar, "Ketika aku masih muda dan sebelum mengadakan perjalananku, maka kebijaksanaan telah kucari dengan sungguh dalam sembahyangku. Di depan Bait Allah telah kupohonkan dan sampai akhir hidup akan kukejar. Hatiku bersukacita atas kebijaksanaan, karena bunganya yang bagaikan buah anggur yang masak. Kakiku melangkah di jalan yang lurus, dan sejak masa mudaku telah kuikuti jejaknya. Hanya sedikit saja kupasang telingaku, lalu mendapatinya, dan memperoleh banyak pengajaran bagi diriku. Aku maju di dalamnya, dan kuhormati orang yang memberikan kebijaksanaan kepadaku. Sebab aku berniat melakukannya, dengan rajin kucari apa yang baik dan aku tidak dikecewakan. Hatiku memperjuangkan kebijaksanaan ... Tanganku telah kuangkat ke sorga, dan aku menyesal karena kurang tahu akan dia. Hatiku telah kuarahkan kepada kebijaksanaan, dan dengan kemurnian hati telah kutemukan. Sejak awal mula kuikatkan hatiku padanya, dan karenanya aku tidak ditinggalkan. Batinku tergerak untuk mencari kebijaksanaan, dan karenanya aku memperoleh milik yang baik" (Sir 51: 13-21).
Negara bangga memiliki orang muda yang luas ilmu pengetahuannya dan warganya bahagia memiliki generasi yang bijaksana. Mereka itu adalah anak-anak kebijaksanaan.
Sabtu, 29 Mei 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.