Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Satu di antara sekian banyak "skill" yang orangtua ajarkan kepada anaknya ialah bahasa. Berbekal bahasa anaknya bisa berkomunikasi dengan anggota keluarga, tetangga, teman di sekolah, dan sesama dalam masyarakat.
Betapa pentingnya berbahasa. Mereka yang menguasai banyak bahasa bagai memiliki dunia yang jauh lebih luas daripada mereka yang miskin bahasa.
Benar, bahasa menghubungkan manusia dengan sesama. Berkat bahasa orang bisa berkomunikasi; pun memahami budaya dan mentalitas orang lain. Bahasa itu memfasilitasi proses saling pengertian.
Indonesia amat kaya dengan bahasa. Dalam pelbagai kesempatan, Presiden Jokowi menyampaikan dengan bangga kekayaan itu. Indonesia memiliki 718 bahasa. Sembilan puluh persen tersebar di wilayah Indonesia bagian timur.
Kekayaan itu perlu disyukuri sekaligus diwaspadai. Bukankah perbedaan bahasa sering menghambat komunikasi antar suku dan potensial menciptakan sekat?
Syukurlah, negara dan bangsa Indonesia memiliki satu bahasa nasional.
Orang yang bisa berbicara bahasa Indonesia dapat menjelajah keliling Indonesia tanpa kendala berarti. Bukankah banyak "tourist" asing yang berbicara bahasa Indonesia dan berkeliling di Indonesia? Sebagian dari mereka membuat youtube yang membuat Indonesia lebih dikenal di dunia.
Sayang sekali, kesannya bahasa nasional itu seakan membuat sebagian orang Indonesia puas dengan bisa berbahasa Indonesia saja. Mereka enggan belajar bahasa asing. Akibatnya, seperti terasing dari pergaulan dunia.
Gita Wirjawan, dalam podcastnya Endgame, sering menegaskan pentingnya menguasai bahasa asing, minimal Inggris, bila bangsa Indonesia ingin lebih berpengaruh di panggung dunia. Harus diakui bahasa Inggris itu yang kini paling berperan dalam komunitas umat manusia.
Salam dan Tuhan berkati.
SOHK, Minggu 28 Mei 2023AlherwantaRenalam 148/23