Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Biasanya, ketika saat terakhir mendekat, itu pertanda akan muncul hal yang baru. Misalnya, ketika musim gugur dan dingin berakhir muncullah musim semi. Semua terasa hidup dan segar kembali. Amat indah.
Tidak selalu demikian dengan hari-hari dalam hidupku. Kadang setelah suatu pekerjaan selesai, muncul rasa bosan. Yang aku kerjakan berujung pada kekecewaan. Semakin aku sibuk, semakin hati ini suntuk. Semua usaha tampak tiada hasilnya. Sia-sia. Menjemukan!
Betapa tidak nyaman tinggal dalam zona kebosanan. Hidup terasa jenuh ketika semua seakan-akan sudah penuh. Semangat berjuang melayang tatkala visi dan misi hidup telah hilang. Rasa jemu itu memang bisa hinggap setiap waktu. Orang tak bisa lari dari situ.
Tetiba aku sadar akan pentingnya berdoa dan berkontemplasi. Doa yang bukan semata-mata saat untuk meminta, tetapi sebagai sarana membuka mata. Kontemplasi yang membimbingku untuk memandang realitas hidup secara baru. Bukankah Allah senantiasa menciptakan segalanya baru; juga di tengah ritme hidup yang bikin orang merasa jemu?
Aku tidak hanya memerlukan mata kepala untuk melihat, tetapi juga mata hati yang bisa terpesona; mampu masuk ke dalam misteri di balik pribadi dan peristiwa. Bukankah kebosanan muncul karena aku menangkap realitas hanya sebatas permukaan; dangkal?
Teringat kata-kata Abraham Joshua Heschel, penulis buku God in search of man. “The grand premise of religion is that man is able to surpass himself; that man who is part of this world may enter into the relationship with Him who is greater than the world; that man may lift up his mind and be attached to the absolute; that man who is conditioned by a multiplicity of factors is capable of living with demands that are unconditioned.” *)
Bagaimana aku bisa mengagumi hidup ini ketika hanya mengandalkan mata dan hati yang terbatas ini? Betapa miskinnya hasrat manusiawi yang mudah kecewa ini!
Tuhan, ajarlah aku melihat segala sesuatu: diri ini, sesama, tugas dan tanggung jawab, pekerjaan, serta peristiwa dengan mata ilahimu sehingga aku sanggup mengagumi dan mencintai seluruh ciptaan-Mu setiap hari secara baru.
Salam dan Tuhan berkati.
SOHK, Rabu 23 November 2022AlherwantaRenalam ke-230
*) Premis besar dari agama ialah bahwa manusia mampu melampaui dirinya; bahwa manusia yang adalah bagian dari dunia ini boleh masuk ke dalam relasi dengan Allah yang lebih besar daripada dunia; bahwa manusia boleh mengangkat pikirannya dan melekat kepada yang absolut; bahwa manusia yang dibatasi oleh pelbagai faktor mampu hidup dengan tuntutan-tuntutan yang tak terbatas.