Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Injil pada hari ini (Lukas 15:1-10) sangat kaya akan pesan-pesan rohani bagi kehidupan kita. Dua di antaranya adalah berdosa dan bertobat. Yesus memiliki pendekatan berbeda dari kaum Farisi dan ahli Taurat dalam menghadapi dua realita itu.
Golongan ini bersungut-sungut ketika Yesus menerima para pemungut cukai dan orang-orang berdosa serta makan bersama mereka (Lukas 15:2). Semestinya Yesus seperti mereka; menjauhi kaum pendosa.
Tetapi Yesus melakukan yang sebaliknya. Yesus mengemukakan alasannya lewat dua perumpamaan (Lukas 15:4-9).
Gembala dan wanita dalam perumpamaan itu adalah Yesus. Dia datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10).
Berdosa dan bertobat itu dua fakta kehidupan. Manusia melakukan yang pertama karena kemauan dan kebebasannya sendiri. Tetapi dia dapat melakukan yang kedua hanya berkat kasih dan kebaikan Tuhan. Tanpa Rahmat Tuhan orang tidak bisa bertobat.
Allah mencari manusia yang berdosa dan tersesat dengan mengirimkan Anak-Nya yang tunggal (Yohanes 3:16). Karena itu, mencari kaum pendosa adalah bagian dari misi utama Yesus.
Ketika para pemungut cukai dan kaum pendosa datang mendengarkan Dia, Yesus bagaikan gembala dan wanita yang menemukan miliknya yang hilang. Maka, Dia bersukacita (Lukas 15:6.8). Bahkan para malaikat pun ikut bersukacita (Lukas 15:10).
Apa yang dapat kita renungkan dari Injil hari ini? Pertama, manusia berdosa dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Tetapi dia bertobat hanya karena rahmat. Betapa kita membutuhkan rahmat Tuhan untuk bisa bertobat. Kedua, pertobatan itu mendatangkan sukacita bagi Tuhan, tetapi membuat kaum Farisi dan ahli Taurat bersungut-sungut.
Sayangnya, hanya sedikit yang percaya bahwa bertobat itu mendatangkan sukacita. Bukankah sedikit sekali orang yang tulus mengakui dosanya dan pergi mohon ampun kepada Tuhan? Salah satu indikasinya, mereka yang mengaku dosa itu kelompok minoritas dalam Gereja Katolik. Kita termasuk yang mayoritas atau minoritas?
Kamis, 7 November 2024HWDSF