Suara Keheningan |RP. Albertus Herwanta, O.CarmBermain di sela-sela rutinitas hidup sangat penting. Itu berkaitan dengan kodrat dan hakikat manusia. Secara filosofis manusia disebut “Homo ludens” alias makhluk bermain.
Santai, saling menggoda, dan bercanda-ria memegang peranan berarti dalam kehidupan ini. Bukan hanya menyegarkan suasana, bermain juga diyakini bisa menjadi terapi.
Keluarga, komunitas, atau tempat kerja yang anggotanya bisa bermain dan saling menggoda menciptakan suasana rileks, sehat, dan relasi akrab-dekat. Bercanda pada saat dan cara yang tepat menjadikan hidup bersama terasa sehat.
Oleh beberapa kalangan bermain dan bercanda sering dicurigai sebagai karakter dan perilaku anak-anak. Mengapa sekolah paling awal buat anak-anak kecil disebut “Play group”? Barangkali langkah pertama pendidikan formal harus mulai dari hal-hal yang informal. Bermain itu alat sosialisasi yang efektif.
Anak-anak kecil selalu spontan, polos, jujur, dan bisa menikmati saat ini. Itulah syarat utama bermain.
Sokrates bilang, ”An honest man is always a child”. Seorang yang tulus selalu seorang anak. Sedangkan Friederich Nietzsche menegaskan bahwa dalam setiap orang dewasa tersembunyi seorang anak yang ingin bermain.
Orang-orang yang tumbuh makin tua biasanya makin bijaksana. Mereka bukan pribadi yang eksklusif, kaku atau “rigid” dan menyebabkan relasi yang sulit. Sebaliknya, mereka adalah pribadi yang mestinya terbuka dan lentur seperti anak-anak. Salah satu tandanya ialah mereka bisa bermain, santai, dan saling menggoda.
Manusia membawa sifat dan karakter kanak-kanak yang jujur, polos, dan ingin menikmati saat ini dalam bermain. Kalau itu bisa dilakukan, tentulah keluarga, komunitas, dan tempat kerja memperoleh hiburan yang menyegarkan.
Apakah aku masih punya waktu santai untuk bermain bersama dalam keluarga? Masih adakah rekreasi yang mengembangkan relasi penuh kasih dan harmoni di tengah rutinitas sehari-hari?
SOHK, Senin 23 Mei 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.Renalam ke-47
