Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Dalam kisah Markus 5: 21-43 ada dua orang yang menunjukkan iman yang kuat dan dalam. Pertama, Jairus, kepala rumah ibadah yang putrinya sakit dan hampir mati. Kedua, wanita yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan.
Mengapa mereka termasuk orang yang teguh imannya? Karena dalam menghadapi situasi buruk hidupnya, mereka memperlihatkan iman kepada Tuhan. Tidak lari dari Tuhan; apalagi menyangkal-Nya.
Wanita itu dengan penuh iman menerobos kerumunan untuk bisa menyentuh ujung jubah Sang Guru Kehidupan. Begitu dia menjamahnya lenyaplah penyakitnya.
Dia takut dan gemetar mengalami peristiwa itu. Apalagi tatkala Sang Guru lalu bertanya, " Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Namun tatkala tersungkur di depan Sang Guru dia mendengar Dia bersabda, "Anakku, imanmu telah menyelamatkan engkau" (Mrk 5: 34).
Tatkala orang datang memberitahu Jairus bahwa anaknya sudah mati dan tidak perlu merepotkan Sang Guru, maka terdengar kata-kata ini dari-Nya, "Jangan takut. Percaya saja" (Mrk 5: 36).
Benar, Jairus mengikuti apa yang disabdakan-Nya. Sang Guru tiba di rumahnya dan memegang tangan anaknya sambil berkata, "Talita kum!" (Mrk 5: 40). Artinya, "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Anak itupun bangkit berdiri dan berjalan (Mrk 5: 42).
Andaikan perempuan yang menderita pendarahan itu menyerah dan tidak mau menerobos khalayak ramai, tentu tidak disembuhkan. Andai Jairus mendengarkan suara keluarganya (Mrk 5: 35), sudah pasti anaknya tidak dibangkitkan Sejauh mana aku punya iman yang kuat ketika berada dalam kesulitan?
Apakah aku mendengarkan suara para tetangga atau saudara yang memintaku meninggalkan iman akan Tuhan? Yang jelas, dua orang di atas telah menikmati buah-buah imannya yang kuat.
Selasa, 1 Februari 2022RP Albertus Herwanta, O. Carm.