Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Senantiasa diperlukan, tetapi sering dilupakan. Orang baru menyadarinya tatkala lenyap dari tengah mereka. Itulah cahaya. Betapa pentingnya cahaya. Tanpa cahaya gadget seharga ratusan juta rupiah pun nyaris tidak berguna.
Sumber cahaya itu antara lain energi seperti batu bara, minyak, nuklir, air, angin atau matahari. Salah satu atau semuanya amat dibutuhkan. Tanpa cahaya hidup ini tidak terbayangkan sulitnya. Lumpuh.
Masuk akal Sang Guru Kehidupan menyebut para murid-Nya dengan cahaya. "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas bukit tidak dapat disembunyikan" (Mat 5:14). Seperti kota di atas bukit yang bercahaya, para murid-Nya tidak bisa dan tidak boleh bersembunyi. Mereka mesti memancarkan cahaya dan menerangi lingkungan sekitarnya.
Perbuatan-perbuatan baik merekalah yang memancarkan terang itu. Perlu disadari bahwa mereka itu bukan sumber cahaya dan perbuatan baik itu. Cahaya sejati berasal dari Tuhan dan mengalir kepada mereka lewat Sang Guru (Yoh 8: 12). Betapa pentingnya menyatu dengan Tuhan. Pemazmur mengajak orang berdoa, memohon cahaya dari Tuhan. "Sinarilah hamba-Mu dengan wajah-Mu, ya Tuhan" (Mzm 119: 35).
Seperti Sang Guru melakukan perbuatan baik untuk menunjukkan kepada dunia kasih dan kebesaran Sang Pencipta, demikian pula tugas utama para murid-Nya. Semua perbuatan mereka tidak untuk disombongkan atau mencari keuntungan, tetapi untuk kemuliaan Tuhan. "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Mat 5: 16).
Seperti gadget tanpa cahaya nyaris tak berguna, demikian pula perbuatan baik yang tidak memuliaan Allah kehilangan makna. Ternyata, nilai perbuatan itu berbeda-beda. Ada perbuatan baik bermotif politik atau ekonomi. Sebagian ujung-ujungnya adalah kepentingan diri sendiri.
Asli atau tidaknya suatu perbuatan baik terutama dinilai berdasar pada sejauh mana itu memuliakan Tuhan dan membawa seseorang kepada Tuhan. Apakah yang selama ini mendorongku berbuat baik?
Selasa, 8 Juni 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.