Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Injil hari ini (Lukas 5:12-16) mengisahkan tentang seorang penderita kusta yang tersungkur di depan Yesus dan memohon kepada-Nya. "Tuan, jika Tuhan mau, Tuan dapat mentahirkan aku" (Lukas 5:12). Kiranya tidak sulit menghubungkan tindakan orang kusta itu dengan doa. Apa yang kita pelajar dari penderita kusta itu tentang doa?
Pertama, doa itu ekspresi lahiriah yang menggunakan tubuh kita. Penderita kusta itu tersungkur di depan Yesus. Artinya, dia meletakkan dirinya lebih rendah daripada Yesus. Kedua, doa itu berangkat dari sikap menyadari diri sendiri. Penderita kusta itu melihat dirinya sebagai kotor dan tidak layak di depan Tuhan.
Doanya menunjukkan hal itu. "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku" (Lukas 5:12). Di satu sisi, dia melihat dirinya yang kotor. Di sisi lain, dia percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan dia.
Kepada orang yang minta disembuhkan biasanya Yesus bertanya, "Apakah kamu percaya" atau "Imanmu menyelamatkan kamu". Kali ini, Yesus tidak mengatakan hal itu. Dia langsung menjawab, "Aku mau, jadilah engkau tahir" (Lukas 5:13).
Rupanya, kata-kata penderita kusta itu cukup menunjukkan iman dan sikap rendah hatinya. Dia menyerahkan proses penyembuhannya kepada Yesus. Ternyata, Yesus berkenan menyembuhkannya.
Penderita kusta itu tidak hanya tersungkur dengan badannya di depan Yesus, tetapi juga dengan hatinya. Bukankah sikap rendah hati berarti meletakkan hati di tempat yang rendah? Penderita kusta itu memberikan pelajaran tentang bagaimana berdoa.
Berdoa itu bukan hanya soal berlutut di hadapan Tuhan, melainkan membuat hati ini berlutut di hadapan Tuhan. Berdoa itu lebih dari membungkukkan badan kita, melainkan hati kita. Berdoa itu bukan hanya mengatupkan dua telapak tangan dan menengadahkan kepala kepada Tuhan, melainkan mengarahkan seluruh hati kepada Tuhan.
Doa orang rendah hati mendorongnya menyerahkan jawabannya kepada Tuhan. Dia berserah dan tidak merasa khawatir, karena percaya bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik. Cobalah, anda membaca dan merenungkan lagi Injil Lukas 5:12-16. Bukankah itu mengungkapkan doa orang rendah hati?
umat, 10 Januari 2025HWDSF