Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Kasih sejati selalu melampaui diri. Keluar dari batas apa pun; menjangkau orang lain. Siapa pun mereka. Selama orang masih terkurung dalam diri, apa pun alasannya di sana kasih sejati sulit direalisasi.
Itulah yang yang ditegaskan oleh Sang Guru Kehidupan tatkala bersabda, "Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5: 44). Dengan "tetapi," Sang Guru mempertentangkan ajaran baru-Nya terhadap yang lama (Perjanjian Lama). Dengan mengasihi musuh orang keluar dari diri sendiri, melintas semua batas. Siapa pun layak dikasihi, apa pun suku, etnis, agama, budaya, dan orientasi politiknya. Yang terpenting orangnya; bukan atributnya.
Mengasihi musuh berarti mengalahkan diri sendiri demi mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan orang yang dikasihi. Inilah kasih yang disebut agape. Ukurannya melampaui kecenderungan manusiawi.
Di sini orang tidak diminta mengasihi dengan kasih afektif seperti orang yang sedang jatuh cinta. Tetapi dengan kasih universal. "Dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" (Mat 5: 45). Memang, kasih sejati hanya mungkin jika mengalir dari sumber aslinya, yakni Allah sendiri.
Kasih yang berangkat dari kepentingan diri tidak mengembangkan diri seseorang. Sebaliknya, membuatnya kerdil; tak ada jasanya. "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?" (Mat 5: 46-47). Kuat sekali, panggilan kasih sejati untuk keluar dari sekat-sekat.
Itu berat. Tetapi untuk mereka yang berhasil mewujudkan berkatnya dinikmati di dunia dan di akhirat. Bukan hanya memperoleh ini dan itu, melainkan orang itu menjadi sempurna seperti Allah adalah sempurna (Mat 5: 48).
Kasih sejati itu membuat manusia berkembang sedemikian hingga mencapai tujuan hidupnya, yakni kesempurnaan. Di sana orang mengalami rasa bahagia, sukacita dan damai yang sesungguhnya.
Selasa, 15 Juni 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.