Suara Keheningan RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Rasul Yakobus mengingatkan, "Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya mati" (Yak 2: 17). Apa maksudnya? Perbuatan macam apa yang dituntut?
Bukankah rasul Paulus menegaskan bahwa hanya berkat iman semata orang diselamatkan (Rm 3: 21-28)? Apakah ajaran Yakobus tentang iman bertentangan dengan yang diajarkan Paulus? Jika benar demikian, kitab suci itu kebenarannya kontradiktif dan karenanya tidak dapat dijadikan pegangan.
Tentu tidak demikian. Bukankah Yakobus menunjukkan bahwa Abraham, bapa kaum beriman dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya? (Yak 2: 24)? Bukankah Paulus juga bekerja keras mewujudkan imannya dengan menjadi rasul atas bangsa-bangsa? Bukankah Paulus bersyukur atas apa yang dilakukannya atas amanat dari Tuhan?
Baik Yakobus maupun Paulus tidak mempertentangkan iman dan perbuatan. Mereka menegaskan bahwa keduanya amat penting; saling melengkapi.
Perbuatan itu tidak menggantikan iman, melainkan menjadi petunjuk bahwa orang itu beriman. Yakobus memberikan contoh konkret.
Tidak cukup berkata kepada orang yang lapar dan tanpa pakaian,"Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang" (Yak 2: 15-16) tanpa menolongnya. Itu omong doang. Tidak berfaedah!
Iman diwujudkan dalam kepedulian kepada sesama. Orang yang mengetahui saudaranya berkekurangan dan dia mampu membantu hendaklah mengulurkan tangannya. Saat alam ciptaan dihancurkan mereka mesti ikut mencegahnya.
Apakah semangat di balik tindakan itu? Hukum utama: kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Konkretnya, menolong sesama dan menjaga alam ciptaan. Itulah jembatan antara iman dan perbuatan.
Jumat, 18 Februari 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.