Suara keheningan | RP. Albertus Herwanta, o.Carm
Manusia itu makhluk yang bebas. Tanpa kebebasan dia kehilangan salah satu sifat dasar kemanusiaannya. Dapat dipahami, bahwa Tuhan pun tidak memaksa manusia. Yang dilakukan-Nya adalah menawarkan.
Ada orang yang memilih menggunakan kebebasan untuk membuat dirinya benar-benar bebas. Ada pula yang sebaliknya, menggunakan kebebasan secara keliru sehingga membuat dirinya terbelenggu oleh kekuatan jahat yang memperbudak mereka seperti alkohol, narkoba, seks, perjudian, sosial media, perdukunan, dan lain-lain. Mereka ini mesti dibebaskan.
Sang Guru Kehidupan memanggil kedua belas murid dan mengutus mereka berdua-dua. Dia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat (Mrk 6: 7). Tugas utama mereka adalah memberitakan bahwa orang harus bertobat, mengusir banyak setan dan menyembuhkan orang sakit (Mrk 6: 12-13). Intinya, membebaskan manusia.
Mengapa manusia mesti dibebaskan? Karena mereka telah dibelenggu oleh dosa (mesti bertobat), oleh setan (harus dibebaskan) dan oleh penyakit (perlu disembuhkan).
Untuk melaksanakan tugas itu diperlukan syarat, yakni bahwa mereka sendiri mesti bebas. Karena itu, Sang Guru berpesan agar mereka tidak membawa apa-apa, kecuali tongkat dan alas kaki (sandal). Roti, bekal, uang dan dua baju tidak perlu dibawa (Mrk 6: 8-9). Kebutuhan itu akan Tuhan penuhi lewat orang yang mereka jumpai.
Dengan menaati yang dikatakan Sang Guru mereka dilepaskan dari beban yang tidak perlu dan menjadi orang bebas. Mereka hanya bergantung pada Sang Guru yang mampu membebaskan mereka.
Pesannya cukup jelas, yakni bahwa hanya orang yang benar-benar bebas dapat membantu membebaskan sesamanya. Sang Gurulah pembebas sejati, karena Dia telah membebaskan manusia dari belenggu utama, yakni dosa dan kematian. Mereka yang percaya kepadanya mengalami kebebasan yang sejati.
Minggu, 11 Juli 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.