1 min dibaca
03 Dec
03Dec
Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm

Hidup terbentuk oleh proses berpikir dan bertindak yang diulang-ulang yang menjadi kebiasaan ("habitus"). Manusia bisa belajar tentang apa saja, kapan saja, di mana saja, dan dari siapa saja. Syaratnya, selama dia mau.

Orang bisa belajar dari orang terdekat seperti orangtua atau pemimpin masyarakat seperti presiden. Kita telah mempunyai tujuh presiden. Mereka mempunyai "habitus" yang berbeda-beda. Ada yang berpikir visioner tentang Indonesia dan rakyatnya, ada yang terbelenggu oleh kepentingan sendiri.

Dalam diri pemimpin yang baik dan benar, bisa ditemukan mentalitas dan kekayaan yang positif. Pertama, disiplin. Mereka terbiasa dengan disiplin diri. Berpikir, berbicara, dan bertindak secara disiplin. Hal itu tampak sekali dalam "performance" mereka. Kinerja bermutu dibentuk lewat waktu.

Kedua, jujur. Kejujuran ini rupanya menjadi modal utama dalam meraih kepercayaan masyarakat. “Honesty is the best policy,” kata Benyamin Franklin. Mereka ini jujur terhadap diri sendiri. Punya kebijaksanaan yang digarisbawahi Thomas Jefferson, ”Honesty is the first chapter of the book of wisdom.” (Kejujuran itu bab pertama dari buku kebijaksanaan).

Ketiga, transparan. Kejujuran mereka memancar dalam keterbukaan. Bukankah orang jujur tidak pernah menutupi sesuatu pun? Mereka meyakini benar kata-kata Dalai Lama:”Tidak transparan berakibat pada sikap tidak percaya dan rasa tidak aman mendalam."

Keempat, "social networking." Jauh-jauh hari sebelum menjadi pemimpin, mereka membangun jaringan dengan pelbagai kalangan. Sebelum menjadi wali kota, Bapak Jokowi sudah memiliki jaringan bisnis internasional.

Kelima, iman; bukan agama. Mereka adalah orang-orang yang menghayati imannya. Bukan sekedar mentaati agamanya. Mereka bisa serasi bekerjasama dengan yang berbeda agama, karena meyakini bahwa jabatan adalah sarana mengabdi Allah dan sesama. Status sosial bukan alat menindas, memaksakan kehendak, apalagi mengobar-ngobarkan kebencian dan sikap rasial.

Kelimanya membentuk karakter pemimpin yang loyal kepada mereka yang dipimpinnya. Tidak "méncla ménclé" alias bertindak berdasar prinsip yang benar dan baik. Karakter itu tidak jatuh dari langit, tetapi dibentuk melalui proses yang panjang dalam yang disebut kebiasaan.
Salam dan Tuhan memberkati.

SOHK, Jumat 2 November 2022AlherwantaRenalam ke-239

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.