Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Ketika mendengar tentang buruh, apa yang muncul dalam benak seseorang? Mungkin sosok yang mesti bekerja keras dengan upah rendah. Ada pula yang siap menggunakannya sebagai alat politik.
Buruh itu penuh arti dan kaya makna, karena terkait pribadi yang mengaktualisasikan diri lewat kerja. Bukankah salah satu bagian penting dari buruh adalah bekerja? Sayangnya, ada yang secara miskin memaknai kerja.
Sebagian hanya melihatnya sebagai sarana mencari uang. Bekerja tanpa menghasilkan uang identik dengan waktu dan tenaga yang sia-sia terbuang. Yang lain menghargainya sebagai alat memperoleh posisi sosial karena menganggur itu memalukan.
Ada pula yang hanya menghitungnya sebagai komponen produksi. Semakin rendah harganya, semakin baik kontribusi ekonominya. Inikah ketidakadilan?
Santo Yohanes Paulus II menegaskan bahwa manusia adalah subjek kerja, mitra Allah dalam karya-Nya. “Kerja itu untuk manusia, bukan manusia untuk pekerjaan” (Laborem Exercens no.6). Setiap manusia dipanggil untuk bekerja, mengambil bagian dalam karya Allah yang sangat mulia.
Ada yang malas bekerja ketika tidak memperoleh penghargaan. Wajar. Bukankah sebagai manusia orang membutuhkan penghargaan? Namun ternyata, orang bisa lebih bahagia dan menikmati pekerjaan tatkala melakukannya dengan alasan yang jauh lebih mulia.
Semakin rohani motivasi yang mendorong orang bekerja, semakin tinggi martabat diri diangkatnya. Sebaliknya, ketika orang bekerja hanya demi uang, nilai dirinya hanya sejauh benda yang mengkilat tatkala masih baru dan sebentar kemudian kotor dan berbau keringat.
Henry David Thoreau menulis, "Do not hire a man who does your work for money, but him who does it for love of it!” (Jangan merekrut orang yang melakukan pekerjaanmu hanya demi uang, tetapi orang yang mengerjakan sesuatu karena mencintai pekerjaannya).
Apakah yang selama ini memotivasiku bekerja? Apa yang ingin kuperoleh dalam bekerja? Sekadar memperoleh uang atau karena melihat bekerja itu bermartabat?
Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Senin 1 Mei, 2023Hari Pekerja InternasionalAlherwantaRenalam 121/23
BalasTeruskan |