Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Hampir setiap orang mendambakan hidup selamat, damai, dan tenteram dalam Tuhan. Benarkah demikian? Bukankah politisi biasanya sibuk memperebutkan kursi? Bukankah para pemuja ekonomi bekerja keras demi laba yang tinggi?
Masih relevankah hari gini bicara tentang Tuhan? Bukankah omongan suci tentang Allah lebih sering hanya bergema di rumah ibadah? Apakah Sang Ilahi masih mendapat tempat dalam hati?
Namun, jika menguji lebih teliti, banyak jiwa sedang merana karena kehilangan Tuhan. Kesibukan sehari-hari, yang seakan paling penting, telah menghalangi jiwa-jiwa menyatu dengan Tuhan yang didambakan lubuk hati.
Hasrat manusia yang tidak pernah terpuaskan oleh semua yang dikerjakan dan dimilikinya pertanda bahwa jiwa mereka hanya akan tenang, damai, dan tenteram tatkala menemukan dan bersatu dengan Tuhan, sumber hidupnya. “Engkau menciptakan kami dengan kerinduan akan Dikau sehingga kami hanya akan tenteram setelah beristirahat dalam Dikau,” kata Santo Agustinus.
Tuhan ingin menjawab kerinduan jiwa manusia. Namun, Dia membutuhkan tangan, kaki, hati, telinga dan mulut kita untuk menyampaikan kerinduan-Nya menyelamatkan jiwa-jiwa. “Tuhan tidak mempunyai kaki selain kaki kita,” kata Santa Teresa dari Avila.
Suara-suara jiwa yang merindukan Tuhan tidak pernah bisa dibungkam. Mereka selalu muncul pada waktunya. Mengapa kita tiba-tiba terpana oleh tokoh-tokoh yang memanifestasikan pemikiran, ucapan, dan tindakan yang baik dan benar dan tidak berminat dengan pemimpin yang penuh pencitraan?
Penting menyadari bahwa jiwa kita merindukan Tuhan. Namun jauh lebih penting bahwa Tuhan merindukan kita. Apakah kita mempunyai waktu dan tempat untuk menjawab kerinduan Tuhan akan jiwa-jiwa? Marilah mendengarkan bisikan jiwa.
Salam dan Tuhan berkati.
Minggu 9 Juli, 2023AlherwantaRenalam 189/23