Suara Keheningan | RP: Albertus Herwanta, O.Carm
Apa yang tebersit dalam benak orang yang merayakan ulang tahun? Sebagian orang tersadar bahwa usianya bertambah. Mereka ingat pula bahwa sisa hidupnya di dunia makin pendek.
Ulang tahun perlu disyukuri, karena orang masih dianugerahi hidup. Pun pada saat yang sama menatap kesempatan yang masih tersisa.
Usia itu lebih daripada jumlah tahun yang telah dijalani. Dalam usianya, orang bisa berinvestasi. Bukankah akumulasi dari yang telah dilakukan selama ini, baik untuk diri sendiri, sesama dan terutama bagi Tuhan boleh disebut investasi?
Investasi tidak selalu berbentuk uang atau harta tak bergerak. Berbuat baik, melayani sesama, dan berkorban untuk mereka yang memerlukan bantuan pun bisa disebut investasi. Kita mengenal modal sosial yang meliputi relasi dan semua perbuatan baik kepada sesama. Modal sosial itu lebih kuat peranannya daripada modal uang.
Setiap tahun usia setiap orang bertambah. Seraya mensyukuri panjangnya usia, orang diingatkan untuk merefleksi perjalanan hidup yang telah dijalani dan menatap masa depan yang masih tersisa secara bijaksana.
Masa lalu yang kelabu bukan alasan untuk dipenjara dalam rasa pilu. Sukses yang telah dicapai pun tidak perlu terus dibanggakan. Semua sudah lewat. Yang terpenting bertanya tentang perbuatan baik apa yang masih bisa dan perlu dilakukan.
Ternyata, kekayaan yang sejati bukan harta yang dikumpulkan sepanjang hidup, tetapi kebaikan yang selamanya bersinar; juga tatkala usia mulai redup.
Francis Bacon berkata, ”Age appears to be best in four things: old wood best to burn, old wine to drink, old friends to trust, and old authors to read.” Artinya, usia itu tampak kebaikannya dalam empat hal, yakni kayu tua yang bagus untuk dibakar, anggur tua untuk diminum, teman-teman lama untuk dipercaya dan penulis-penulis tua untuk dibaca.
Singkatnya, memberikan diri. Sejauh mana aku telah berinvestasi lewat pemberian diri yang tulus?
Salam dan Tuhan berkati.
SASL, Selasa 10 Januari 2023Alherwanta, Renalam 010/23