Suara Keheningan RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Semur lidah sapi itu enak. Percaya? Entah anda percaya atau tidak, renungan ini tidak akan mengulas semur lidah. Ada yang lebih penting daripada itu, yaitu lidah manusia.
Rasul Yakobus menulis ajaran amat mendalam tentang lidah (Yak 3: 1-10). Semua masih amat relevan pada zaman digital yang mungkin lebih banyak menggunakan jari daripada lidah.
Pertama, dia menghubungkan lidah dengan hidup yang sempurna. Artinya, hidup tanpa kesalahan. "Nobody is perfect." Setiap orang pernah bersalah akibat salah menggunakan lidah. Benar nggak?
Kedua, dia membandingkan lidah dengan kekang untuk mengendalikan kuda dan ruang nahkoda yang mengatur seluruh badan kapal yang besar. Lidah itu kecil, tetapi kuasanya amat besar dalam mengatur dan menciptakan hidup manusia.
Ketiga, lidah itu bagaikan api. Kecil dan tersembunyi, tetapi bisa mendatangkan kerusakan luar biasa. Lidah api nan kecil bisa membakar hutan berjuta-juta hektar. Demikian pula lidah manusia bisa membuahkan kerusakan amat dahsyat dalam masyarakat. Contohnya, lidah yang menggosip. Amat jahat!
Keempat, lidah itu bisa positif dan dapat pula negatif. Dengan lidah orang memuji Tuhan; dengan lidah manusia mengutuk sesamanya. Dengan lidah orang bilang "I love you" dan dengan lidah yang sama berkata, "I hate you!"; bahkan "I will kill you!" Ngeri!
Semua orang bersyukur, karena dikaruniai lidah. Dapatkah orang menikmati lezatnya semur lidah tanpa lidah? Meski layak bersyukur atas anugerah lidah, orang tetap perlu selalu waspada. Pekerjaan rumah sepanjang hidupnya adalah menjinakkan lidah berapi yang ada dalam mulutnya.
Sabtu, 19 Februari 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm