Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.CarmSuatu hari, Jerry, sopir taksi, memarkir mobilnya di parkiran kota Ernakulam, Cochin, India. Dia bergegas bersamaku menuju pertokoan tanpa mengunci mobil. Aku bertanya, ”Mobilnya tidak dikunci?” Dia menjawab, ”Tidak perlu, di sini aman.” Entah kenapa, aku yakin juga meninggalkan barangku di dalam mobil itu.Waktu kami kembali, mobil dalam keadaan aman, termasuk isinya.
Penduduk Ernakulam yang tidak mengenal Pancasila itu jujur dan menghormati milik sesamanya. Di rumah, di tempat ibadah dan di sekolah mereka belajar kejujuran. Inilah kunci kesejahteraan hidup bersama yang harmonis.
Mengapa di Indonesia banyak koruptor dan pencuri ? Kuncinya terletak pada pendidikan di rumah (termasuk rumah ibadah), sekolah, dan di ruang publik.
Sebagian keluarga kini jauh dari sikap peka akan hak-hak sesama. Sejak usia dini anak-anak asyik sendiri dengan permainan elektronik ("game"). Sebagian "game" itu menyajikan kekerasan. Semakin berhasil membunuh banyak lawan, semakin anak bangga. Ini pendidikan egoistik, negatif, dan destruktif yang nyaris sempurna.
Bukankah pendidikan di Indonesia dalam waktu lama tuna integritas karena jual beli kunci jawaban ujian nasional? Syukurlah, ujian nasional sudah dihapus.
Ruang publik kerap dihujani rangkaian kata maki-maki yang mencederai hak asasi. Kerja sama dibangun tanpa dasar nilai-nilai luhur, tetapi hanya kepentingan sesaat yang cepat luntur.
Kita kehilangan kunci pendidikan yang membuka dan mengembangkan potensi luhur anak bangsa. Ada krisis pendidikan dalam rumah tangga. Sekolah diwarnai kebijakan yang terus berubah-ubah; terkesan tanpa arah. Politik yang mesti menjamin kesejahteraan umum malah kadang menciptakan keresahan umum.
Kapan di seluruh Indonesia, orang bisa memarkir mobil di ruang publik dan meninggalkannya tak terkunci? Mungkinkah itu suatu saat terealisasi? Wallahualam.
Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Selasa 9 Mei, 2023AlherwantaRenalam 129/23
