Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Layak disyukuri, bahwa masyarakat zaman ini meraih prestasi-prestasi mengagumkan dalam kebudayaan dan peradaban. Sistem pendidikan yang canggih dan teknologi informasi yang berkualitas, efektif, dan rapi menghasilkan efisiensi tingkat tinggi.
Kebudayaan dan peradaban yang baru membawa sertanya masalah-masalah kemanusiaan. Pertama-tama bukan hasil karyanya, melainkan cara manusia menghadapi dan menghidupinya.
Manusia modern menemukan jenis-jenis pekerjaan yang makin canggih dan halus. Namun ketergantungan akan kerja telah membuat jutaan manusia mengalami stress berat. Sebagian menjadi "workaholic" alias gila kerja.
Komunikasi manusia zaman ini mengalami kemajuan dahsyat yang patut dicatat. Teknologi informasi mengubah bukan hanya cara berkomunikasi, tetapi juga membarui cara hidup manusia.
Sayangnya, budaya ini telah menjerat manusia dalam ketagihan luar biasa akan piranti teknologi informasi (gadget). Orang terjangkit sakit "gadget addicted."
Dua contoh di atas menegaskan bahwa kebudayaan yang kompleks dan peradaban yang tinggi itu membawa konsekuensi. Misalnya, menyangkut kebebasan manusia. Mereka akan terikat atau bebas itu memang tergantung pada keputusannya.
Mereka bebas memutuskan untuk terikat ("attached") pada hasil karyanya.
Konsekuensinya, terpenjara di dalamnya. Sebaliknya, mereka yang berhasil mengambil jarak ("detached:) akan berdiri merdeka di atasnya; bebas dan adaptif.
Salah satu tantangan manusia modern ialah "detachment" alias mengambil jarak. “Without the art of detachment, the culture becomes addictive, and we have massive codependency,” kata Richard Rohr.*)
Apakah kebudayaan dan peradaban membantu kita menjadi manusia yang bebas dan dewasa atau sebaliknya?
Salam dan Tuhan memberkati.
JKIN, Selasa 21 Maret 2023AlherwantaRenalam 080/23
*) Tanpa seni melepaskan diri dari kelekatan, kebudayaan menjadi adiktif; dan kita secara masif tergantung padanya.