Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Kalau ada sepuluh orang dewasa yang ditanya "siapa yang pernah sakit hati," mungkin sepuluh orang itu pernah mengalaminya. Artinya, sakit hati menjadi pengalaman hampir setiap orang.
Meski hampir setiap orang mengalaminya, berbeda-beda cara orang menyikapinya. Ada yang secara negatif dan ada pula yang optimis menghadapinya.
Mereka yang membiarkan diri menjadi korban sakit hati dipenjara olehnya selama bertahun-tahun. Itu hanya salah satu contoh cara negatif. Orang secara pasif terus menerus dilumpuhkan oleh perasaan itu, seakan-akan itu kekuatan raksasa yang selalu mengalahkannya.
Sedang yang secara positif menghadapinya secara gagah berdiri di atas rasa yang menyakitkan itu. Dia tidak mau menjadi "babu" pengalaman masa lalu, melainkan dengan perkasa mengolahnya. Memang sulit. Namun, tidak mudah berarti masih mungkin dilakukan.
Mereka mengambil beberapa langkah praktis dan optimis. Pertama, membangun hidup atas dasar kekuatan atau kelebihan diri. Bukan fokus pada kelemahannya. Kedua, mengembangkan kelenturan alamiah. Manusia itu dibekali kelenturan, sehingga mampu fleksibel dalam menghadapi situasi. Sakit hati menguji kelenturan pribadi.
Ketiga, menguji atau mendalami perasaan negatif yang muncul akibat rasa sakit hati. Mencernanya supaya tidak menggerogoti rasa percaya dan nilai-nilai positif diri pribadi.
Singkatnya, menggunakan kekuatan akal budi untuk mengendalikan perasaan yang tersimpan dalam hati. Jangan sampai perasaan terus menerus memerintah akal untuk menyerah menghadapi situasi. Memaksimalkan koordinasi antara hati dan budi.
Mengatasi rasa sakit hati itu menjadi tanggung jawab orang yang mengalami. Cara di atas disebut "simple do-it-yourself strategy" alias kerjakanlah sendiri. Tanpa biaya; hasilnya luar biasa! Itulah salah satu tips menghadapi sakit hati.
Salam dan Tuhan memberkati.
SASL, Kamis 12 Januari 2023AlherwantaRenalam 014/23