Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Nafsu merebut kekuasaan menimbulkan perpecahan. Disintegrasi. Dari dahulu hingga kini orang memakai strategi "devide et impera" (memecah dan menguasai) untuk meraih kepentingannya itu.
Selama orang mudah diadu domba, mudah pula dikuasai. Waspadalah terhadap semua yang suka mengadu domba dan menciptakan disintegrasi.
Setelah Sang Guru Kehidupan mengusir setan, sebagian pendengar-Nya berkata bahwa Dia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan (Luk 11: 15). Komentar itu justru digunakan-Nya untuk mengajar orang tentang bahaya disintegrasi.
"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh" (Luk 11: 17). Demikian juga bila setan itu terpecah, kerajaannya takkan bertahan (Luk 11: 18).
Syukur kepada Tuhan, kuasa Iblis yang suka memecah belah itu sudah dikalahkan oleh Sang Guru Kehidupan. Pengusiran setan itu tanda bahwa Kerajaan Allah sudah hadir; menang atas setan, si pemecah belah.
Kini orang diajak untuk mempertahankan keutuhan dengan mengintegrasikan diri dalam Kerajaan-Nya. Memihak kepada Allah. Juga diminta waspada, karena setan senantiasa mencari kesempatan untuk memecah belah dan menguasai manusia.
"Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula" (Luk 11: 24-26).
Setan menemukan tempat yang paling menyenangkan di antara orang yang suka memecah belah. Entah dalam keluarga, perusahaan, komunitas, entah dalam masyarakat atau negara. Waspadalah.
Jumat, 8 Oktober 2021RP Albertus Herwanta, O. Carm.