Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.CarmOrang-orang waras lebih menyukai pertemuan dan persahabatan daripada perpisahan dan permusuhan. Yang pertama bukan hanya menyenangkan, melainkan meneguhkan dan menyemangati; bahkan membahagiakan.
Sedangkan permusuhan dan perpisahan lebih sering menghancurkan. Perang, misalnya. Andai pemimpin Ukraina dan Rusia memilih yang pertama, tentu tidak perlu jutaan orang menanggung duka nestapa.
Perang itu menceraiberaikan manusia, memisahkan sanak saudara, dan membuat pengungsi tinggal jauh dari negaranya. Perang di pelbagai benua menyengsarakan warga dunia. Tujuh juta orang Ukraina mengungsi akibat perang yang terjadi oleh serangan negara tetangganya, Rusia, itu.
Mengapa perang terjadi? Salah satu akarnya, adalah perpisahan. Akal-budi terlepas dari hati nurani, kasih absen dari hati, iman dan agama dijauhi dalam kehidupan sehari-hari. Yang manusiawi terpisahkan dari yang ilahi. Manusia tidak bertegur sapa secara ramah lagi.
Dapatkah api tetap menyala terlepas dari sumbernya? Bagaimana manusia dapat mengalami hidup sejati, penuh kasih, dan dalam harmoni ketika dipisahkan dari sumber hidupnya, yakni Sang ilahi?
Membantu para migran korban perang perlu didukung dan diapresiasi. Akan jauh lebih baik dan efektif menghentikan perang, pengrusakan alam, dan konflik horizontal tingkat keluarga, komunitas lokal, regional, nasional, dan internasional.
Hal itu bisa dimulai dengan menangani konflik internal dalam pribadi demi terbentuknya diri nan utuh terintegrasi. Tatkala nurani selalu taat kepada bisikan ilahi, niscaya akal-budi diterangi. Walhasil, keputusan-keputusannya akan benar, baik, adil, dan bijak bestari.
Bagaimana mungkin manusia memiliki pribadi utuh terintegrasi ketika terpisahkan dari Sang Utuh, sumber kasih, relasi, dan harmoni? Lepas dari Tuhan, dari awal hingga akhir manusia mengalami perpisahan nan memilukan.
Salam dan Tuhan berkati.
SOHK, Rabu 24 Mei, 2023AlherwantaRenalam 144/23
