Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Kisah tentang janda yang menaruh dua peser ke dalam peti persembahan menarik direnungkan. Yesus membandingkannya dengan persembahan orang-orang kaya yang memasukkan banyak dari sisa atau kelebihan uang mereka (Lukas 21:4).
Mengapa Yesus memuji janda miskin itu? Bukankah mempersembahkan seluruh harta milik merupakan tindakan kurang bertanggungjawab atas hidupnya sendiri?
Fakta bahwa Yesus mengatakan itu sebelum peristiwa kematian-Nya menegaskan bahwa janda miskin itu menampilkan Diri-Nya yang segera mempersembahkan seluruh hidup-Nya kepada Tuhan di kayu salib. Itulah persembahan sempurna. Mengapa?
Dia telah mengosongkan Diri-Nya dan mengambil rupa manusia (Filipi 2:7). Sebagai orang miskin, Dia tidak memiliki batu untuk meletakkan kepala-Nya (Matius 8:20). Selama berkarya di dunia, Dia tak memiliki apa-apa.
Namun, Dia dapat mempersembahkan kurban terbaik kepada Tuhan. Bentuknya bukan sebagian dari harta-Nya, melainkan seluruh diri-Nya. Itulah persembahan sempurna bagi Tuhan.
Orang yang ingin menyampaikan persembahan sempurna kepada Tuhan hanya mempunyai satu jalan, yakni menyatukan persembahannya dengan persembahan Yesus. Caranya? Dengan merayakan ekaristi. Di sanalah Tuhan Yesus mempersembahkan persembahan sempurna kepada Bapa-Nya.
Doa Syukur Agung III berbunyi, "Semoga kami disempurnakan oleh-Nya menjadi persembahan abadi bagi-Mu, agar kami pantas mewarisi kebahagiaan surgawi bersama para pilihan-Mu..." Persembahan yang dipersatukan dengan persembahan Yesus akan menjadi sempurna.
Persembahan janda miskin itu bukan sesuatu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Itulah persembahan yang benar dan dijiwai dengan sikap iman bahwa Tuhan memelihara mereka yang berserah kepada-Nya.
Senin, 27 November 2023Alherwanta, O.Carm.