Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Baru-baru ini, mimpi menjadi salah satu topik dunia politik. Gara-garanya, seorang presiden yang dahulu waktu menjabat suka prihatin setelah pensiun sering bermimpi. Nah, isi mimpinya dibagikan lewat media sosial.
Menurut teori, mimpi itu berkaitan dengan hidup konkret yang belum terpenuhi. Karena sang mantan itu rupanya rindu berdamai dengan "seteru politik"-nya, beliau lalu bermimpi naik kereta bersama "seteru"-nya tersebut.
Ada pula yang berkata bahwa mimpi yang muncul waktu orang tidur keluar dari alam bawah sadar. Semua yang dipendam dalam bawah sadar karena pelbagai alasan lalu muncul dalam mimpi.
Orang Jawa, lewat pewayangan menyebut mimpi itu sebagai "kembangé wong turu" atau bunganya orang tidur. Kembang bisa berarti keindahan pada pohon; bisa pula sesuatu yang akan segera menjadi buah.
Yang pasti, mimpi itu terkait dengan yang dipikirkan orang sebelum tidur. Bisa jadi, itu tentang cinta, cita-cita, rencana, atau pekerjaan yang belum terlaksana. Begitu dalam orang memikirkannya, sehingga terbawa ke dalam mimpi.
Untuk mempersiapkan renungan pagi, biasanya aku membaca lebih dulu bacaan-bacaannya, khususnya injil. Kalau setelah merenung ada inspirasi yang muncul, langsung bisa menyusun renungannya. Jika tidak, sebelum pergi tidur malam hari, aku coba renungkan lagi.
Dini hari berikutnya biasanya ada inspirasi yang muncul. Didahului dengan membaca lagi bacaan dan komentar-komentar atas bacaan tersebut, renungan mulai ditulis.
Nah, injil hari ini berbicara tentang melempar mutiara kepada babi. Semalam sebelum tidur, aku mencoba merangkai pokok-pokok renungan sampai tertidur. Lha, aku bermimpi dikejar babi. Berarti benar mimpi itu terkait dengan sesuatu yang sedang dipikirkan. Maka, kalau mau mimpi indah, pikirkan hal-hal indah sebelum pergi tidur.
Salam dan Tuhan berkati.
SOHK, Selasa 27 Juni, 2023AlherwantaRenalam 177/23