Suara Keheningan | Rp. Albertus Herwanta, O.Carm
Hidup itu seperti meniti tangga. Makin lama makin ke atas. Mereka yang sampai di tempat tertinggi menikmati pemandangan seluas-luasnya. Kesempurnaan. Diperlukan energi untuk mencapai titik tertinggi itu. Energi rohani yang murni dan sucilah yang memampukan orang mencapai tempat teratas dan paling mulia. Terbatas, jumlah orang yang sampai di sana.
Semangat, sikap dan sepak terjang mereka tidak lazim, karena untuk mencapai yang sempurna diperlukan keutamaan luar biasa. Di antara mereka itu ada yang disebut martir, orang yang mati demi iman kepada Tuhan, Sang Kesempurnaan. Mereka memiliki kekuatan yang berasal dari atas dan yang menyemangati hati secara tulus ikhlas. Buahnya amat berkualitas.
Di mata manusia hidup mereka tertindas. Nasibnya seakan-akan celaka. Namun sesungguhnya mereka meraih mahkota. Mereka meyakini Mazmur 34: 7 yang berbunyi, "Orang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkannya." Memang, Tuhan tidak pernah meninggalkan orang benar yang berjuang bagi nama-Nya.
Mengapa para martir itu begitu berani? Apakah mereka adalah penganut "bonek" (bondho nekat) alias asal berani; tanpa berpikir dan menimbang secara matang? Minimal ada dua hal yang mereka pegang dan yakini.
Pertama, orang tidak akan mencapai puncak gunung bila dirinya dibebani pelbagai hal yang menggantung di punggung. Maka, mereka melepaskan diri dari segala yang menghalangi laju langkah kakinya. Membebaskan diri dari berbagai egoisme pribadi.
Kedua, selalu berfokus pada satu tujuan tertinggi yang hendak dicapainya. Tidak membiarkan diri digoda oleh pemandangan indah sepanjang perjalanan. Meski semua amat mempesona, sesungguhnya hanyalah asesoris semata. "Jangan terjebak pada godaan dunia," demikian nasihat guru rohani mereka.
Dalam meniti tangga kehidupan orang diajak menyadari bahwa panggilannya adalah mencapai puncak tertinggi kualitas hidup ini. Sehebat apa pun dan sekaya apa pun hidupnya, bila orang masih di bawah atau di tengah tangga, dia belum tiba di puncak kehidupan yang sesungguhnya.
Rabu, 30 Juni 2021 | PF Para Martir Pertama Umat di Roma | RP Albertus Herwanta, O. Carm.