Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Di mana-mana yang namanya rahasia itu ya disimpan rapat-rapat. Hanya orang aneh yang menyampaikan rahasia dan sekaligus mengatakan supaya itu disingkapkan.
Namun itulah kenyataannya. Sang Guru Kehidupan bersabda, "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap" (Mrk 4: 22).
Memang, di hadapan-Nya tidak ada satu rahasia pun yang bisa disembunyikan. Konteks dekat ungkapan di atas adalah ajaran Sang Guru tentang pelita (Mrk 4: 21) dan ukuran (Mrk 4: 24). Sedangkan konteks jauhnya adalah benih yang ditaburkan (Mrk 4: 1-20 dan 4: 26-29).
Apa yang dimaksudkan dengan pelita? Pelita yang harus bernyala dan diletakkan di atas kaki dian itu antara lain Kerajaan Allah. Itu dianugerahkan bukan untuk disembunyikan, tetapi disambut, dihayati dan diwujudkan sehingga terasa dampaknya.
Sedangkan ukuran bisa dikaitkan dengan Markus 4: 13-20 tentang tanah yang menerima benih yang ditabur. Tanah menyambut benih. Ini gambaran orang yang mendengarkan warta tentang Kerajaan Allah. Yang mempunyai pendengaran dan mau mendengarkan Kerajaan Allah akan mengerti, diampuni dan diselamatkan (Mrk 4: 12).
Sebaliknya, yang tidak mau mendengarkan akan kehilangan Kerajaan Allah itu. Siapapun yang tidak memilikinya akan kehilangan makna dari semua yang dimilikinya (Mrk 4: 25). Semua yang dimiliki itu tidak bakal menyelamatkan dirinya.
Konteks pengajaran ini adalah Kerajaan Allah, yakni dunia yang dipimpin oleh Allah. Kerajaan itu bertahan selamanya. Siapa yang menggabungkan diri di dalamnya akan memiliki semuanya. Itu akan mendatangkan sukacita yang besar.
Kerajaan Allah itu sudah hadir dan tidak boleh (bisa) disembunyikan. Memang mula-mula tersembunyi. Tetapi Sang Guru mengajarkan supaya rahasia itu diwartakan.
Kamis, 27 Januari 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.