Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Perjamuan makan yang agak istimewa itu dihadiri orang penting. Simon, orang Farisi yang jadi tuan rumahnya, memang mengundang Sang Guru Kehidupan.
Sebagai tokoh kasih sejati, yang tentu saja inklusif, Dia memenuhi undangan itu. Kasih sejati tidak diskriminatif. Semua dirangkul.
Namun skenario makan itu rada buyar, karena ada tamu tak diundang. Bukan maling sih. Tapi wanita berdosa. Hmmm!
Wanita itu berdiri di belakang, di dekat kaki Sang Guru. Membasuh kaki-Nya dengan air mata, lalu mengeringkan dengan rambutnya. Akhirnya, meminyaki dengan parfum yang mahal harganya.
Adegan menegangkan. Bayangkan!
Simon menilai baik Sang Guru maupun wanita itu dengan penuh praduga. Sang Guru menatap wanita itu, tapi berkata kepada Simon (Luk 7: 44). Lalu mengambil hikmah dari peristiwa itu untuk mengajar.
Orang yang banyak berbuat kasih; banyak pula diampuni (Luk 7: 47).
Wanita itu banyak berbuat kasih kepada Sang Guru, maka dia juga amat diampuni. Sedang Simon hanya menjadi tuan rumah; tak tersentuh oleh kehadiran Sang Guru untuk berubah.
Ada tiga tokoh di sana. Sang Guru, Simon dan wanita berdosa. Andai aku di sana, siapakah aku?
Kamis, 16 September 202 1| Peringatan St.Kornelius dan Siprianus | RP Albertus Herwanta, O.Carm.