Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Menggambarkan kehidupan ini, orang bilang "take and give"; bukan "give and take." Orang berpikir bahwa "take" atau mengambil itu mesti lebih dulu dilakukan; baru kemudian orang bisa memberi ("gave").
Memang, mengambil jauh lebih mudah daripada memberi. Lihat saja, apa yang dilakukan manusia terhadap alam. Eksploitasi alam dan kekayaannya amat cepat dan masif; tanpa banyak diskusi. Tetapi menyetujui dana untuk pemulihannya banyak manusia punya seribu alasan. Rakus mengambil, pelit memberi.
Dalam perikop Injil yang singkat (Matius 5: 38-42), Sang Guru Kehidupan mengulang tiga kali kata "beri" (berilah, serahkanlah dan berikanlah). Ketiganya menunjukkan jiwa memberi yang melebihi dari yang diminta. Konteks ajaran-Nya adalah berbuat baik terhadap mereka yang berbuat jahat. Membalas perbuatan jahat dengan kebaikan.
Semangat memberi itu mesti berangkat dari kemauan berbuat baik, juga kepada mereka yang berbuat jahat. Itu memerlukan rahmat Tuhan, karena hanya Tuhan yang bisa melakukan hal itu. Bukankah Tuhan itu memberikan matahari dan hujan untuk orang baik dan orang jahat (Mat 5: 45)?
Niat untuk memberi itu akan jauh lebih besar tatkala menyadari bahwa buah dari pemberian itu akan kembali kepada sang pemberi. Bahkan berlipatganda. Mereka yang hidupnya diwarnai dengan semangat memberi secara ikhlas dan tulus, tidak akan berkekurangan. Sebaliknya, orang pelit selalu merasa dalam kekurangan.
Dalam suratnya Santo Paulus mengajak agar orang tidak menyia-nyiakan rahmat Allah (2 Kor 6: 1). Rahmat atau karunia itu memampukan orang untuk memberi. Walau diri sendiri tidak kaya, dia bisa berbagi dan memberi. "Sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tidak bermilik, padahal kami memiliki segala sesuatu" (2 Kor 6: 10).
Pada dasarnya hidup ini adalah pemberian. Sebagian besar dari hidup yang telah orang jalani hingga kini adalah pemberian. Lalu, orang bisa bertanya pada diri sendiri, "Sejauh mana aku telah memberikan diri, waktu, pikiran, tenaga dan perhatian kepada Tuhan dan sesama?" Jawabannya menegaskan seperti apa kualitas spiritualitas pemberianku.
Senin, 14 Juni 2021 | RP Albertus Herwanta, O. Carm.