Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Orang yang panjang umur perlu bersyukur. Dia dikaruniai anugerah istimewa. Pengalaman, namanya.
Pengalaman itu mengandung kekayaan positif dan negatif. Misalnya, keutamaan dan jasa; kesalahan dan dosa. Makin tua usianya, makin banyak pengalamannya.
Di samping itu, usia tua diwarnai pelbagai macam gejala. Tidak sekuat dulu kekuatan raganya. Respon terhadap dunia luar melambat. Regenerasi sel-sel pun tidak lagi cepat. Karena itu, waktu sakit badan tidak segera bisa pulih. Waktu itu, orang diberi kesempatan belajar bersabar.
Usia tua bukan hanya tanda bahwa akhir hidup makin mendekat (Tuwo= wis cedhak meTUning nyoWO, kata orang Jawa). Di sana, tersedia saat-saat bermutiara; kesempatan untuk menjadi lebih bijaksana.
Gerak raga boleh melambat, tetapi hidup rohani bisa terus dibuat meningkat. Volume makanan-minuman yang disantap berkurang, tetapi nutrisi dan gizi tetap mesti terpenuhi.
Kelapa muda banyak disuka,kelapa tua banyak santannya. Andai tiada lagi santannya, masih bisa menjadi kopra; berlimpah minyaknya.
Jangan sampai bertambah tua tanpa petuah minyak kopra, tetapi malah tambah koplak mentalnya. Saatnya makin berpasrah kepada yang mahakuasa.
Menengok masa lalu, menyesali kesalahan dan perilaku. Menatap masa depan, berjumpa dengan tempat kremasi atau pekuburan. Serba khawatir dan cemas?
Mengapa tidak menikmati masa kini? Itulah cara yang paling membahagiakan dalam hidup ini.
SOHK, 10 Mei 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. CarmRenalam ke-34