Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm
Seringkali kotbah dan renungan terasa tidak mendalam karena hanya bersifat mengajak dan menasihati, tanpa basis ilmu dan pemahaman yang benar. Sementara itu, ada begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam benak umat Allah. Pertanyaannya, kapan baru ada penjelasan-penjelasan yang memadai sehingga bisa membekali umat kita dengan ilmu dan iman yang kuat?Berikut ini adalah langkah kecil untuk menjawabi kerinduan umat saat ini.
Apa Status orang yang hidup di bawah hukum Taurat?
Status orang yang hidup di bawah hukum Taurat, menurut ajaran Rasul Paulus, adalah sebagai hamba atau budak hukum. Paulus menggambarkan bahwa orang yang hidup di bawah hukum Taurat berada dalam posisi yang terikat dan dibatasi oleh aturan-aturan hukum yang, meskipun baik dan berasal dari Allah, tidak dapat memberikan keselamatan yang penuh dan pembebasan dari dosa.
Menurut Paulus, tujuan hukum Taurat adalah untuk mempersiapkan umat Israel bagi kedatangan Kristus, yang melalui karya penebusan-Nya membebaskan mereka dari ikatan hukum. Orang yang hidup di bawah hukum Taurat harus memenuhi semua ketentuan hukum tersebut, tetapi karena dosa, mereka tidak mampu memenuhinya dengan sempurna. Akibatnya, hukum Taurat menempatkan mereka dalam posisi yang selalu membutuhkan penebusan, namun tidak menyediakan sarana yang sempurna untuk pembebasan dari dosa dan mendapatkan hidup kekal.
Ketika Kristus datang, Paulus menyatakan bahwa mereka yang menerima karya Kristus tidak lagi di bawah hukum Taurat, tetapi menjadi anak-anak Allah melalui iman. Dengan demikian, mereka tidak lagi hidup sebagai hamba, tetapi sebagai anak dan ahli waris Allah.
Galatia 4:4-7 menegaskan bahwa melalui Yesus, status kita berubah dari hamba yang terikat oleh hukum menjadi anak-anak Allah yang bebas dan berhak atas warisan ilahi.
Berapa banyak ketentuan hukum Taurat?
Hukum Taurat dalam Perjanjian Lama berisi 613 perintah atau ketentuan, yang dikenal sebagai mitzvot dalam tradisi Yahudi. Ketentuan ini mencakup berbagai aspek kehidupan umat Israel, termasuk: 365 Perintah Larangan – Setara dengan jumlah hari dalam setahun, ini adalah hal-hal yang harus dihindari atau tidak boleh dilakukan. 248 Perintah Positif – Didasarkan pada jumlah tulang dan organ dalam tubuh manusia menurut tradisi Yahudi, ini adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan. Ketentuan-ketentuan ini mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti:
Meskipun 613 perintah ini dimaksudkan untuk menjaga kehidupan yang kudus di hadapan Allah, menurut ajaran Kristen, khususnya dalam tulisan-tulisan Rasul Paulus, hukum Taurat menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mencapai keselamatan melalui ketaatan sempurna pada hukum tersebut. Kristus datang untuk menggenapi hukum ini dan memberikan jalan keselamatan yang baru melalui iman.
Apa artinya menebus dalam akar katanya dalam bahasa Yunani? Dalam bahasa Yunani, kata yang diterjemahkan sebagai "menebus" adalah ἐξαγοράζω (exagorazō) atau λυτρόω (lytroō).
Keduanya memiliki nuansa makna yang sedikit berbeda namun terkait dengan pembebasan dan keselamatan: ἐξαγοράζω (exagorazō): Kata ini secara harfiah berarti “membeli kembali” atau “membebaskan dengan membayar harga.” Dalam konteks Perjanjian Baru, kata ini sering digunakan untuk menggambarkan tindakan Yesus yang “membeli” atau membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan kematian melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Exagorazō mengandung arti membebaskan dari sesuatu yang memperbudak atau mengekang.
λυτρόω (lytroō): Kata ini berarti “membebaskan” atau “menyelamatkan” dengan membayar tebusan. Ini sering kali dipakai dalam konteks pembebasan tawanan atau budak dengan harga tebusan tertentu. Dalam konteks Kristen, lytroō menggambarkan tindakan Yesus yang memberikan diri-Nya sebagai “harga tebusan” untuk membebaskan umat manusia dari dosa dan mengantar mereka kepada kehidupan kekal. Kedua kata ini menggambarkan bahwa "penebusan" dalam pemahaman Kristen bukan hanya sekadar pembebasan, tetapi juga mengandung unsur pengorbanan yang berharga, yaitu hidup Yesus sebagai harga tebusan untuk membebaskan manusia dari dosa dan membawa mereka kembali ke dalam hubungan dengan Allah.
Apa arti dan makna menebus itu berbeda artinya dalam bahasa Ibrani?
Dalam bahasa Ibrani, kata “menebus” memiliki beberapa nuansa makna yang lebih kaya dan berbeda, yang terutama tercermin dalam dua kata utama: גָּאַל (ga'al) dan כָּפַר (kaphar). גָּאַל (ga'al): Kata ini secara harfiah berarti “membebaskan” atau “menebus” dan sering digunakan dalam konteks penebusan keluarga atau sosial. Ga'al menyiratkan tindakan seorang penebus keluarga (go'el), yang bertanggung jawab untuk menebus tanah, kebebasan, atau bahkan kehormatan anggota keluarga yang telah hilang atau jatuh dalam perbudakan. Penebusan dalam konteks ini sering kali mengandung unsur relasional dan komitmen dalam ikatan keluarga.
Sebagai contoh, dalam Kitab Rut, Boas menjadi go'el atau penebus bagi Rut dan Naomi dengan menikahi Rut dan melestarikan garis keturunan keluarga mereka. כָּפַר (kaphar): Kata ini berarti “menutupi” atau “menghapus” dosa dan sering diterjemahkan sebagai “pendamaian” atau “penebusan” dalam konteks persembahan untuk dosa. Kaphar mengacu pada tindakan pendamaian yang dilakukan dengan persembahan atau korban untuk menghapus dosa dan mendamaikan manusia dengan Allah. Contohnya, pada Hari Pendamaian (Yom Kippur), imam besar mempersembahkan korban untuk menebus dosa-dosa bangsa Israel agar mereka dapat dipulihkan di hadapan Allah.
Makna Teologis yang Mendalam
Dalam bahasa Ibrani, kedua kata ini memberi penekanan yang unik:
Dengan kata lain, konsep “menebus” dalam bahasa Ibrani mencakup aspek pembebasan dari perbudakan atau keterikatan serta penghapusan dosa melalui pendamaian, sehingga keselamatan menjadi lebih dari sekadar pembebasan tetapi juga pemulihan hubungan.
Apa peran Maria dalam karya penebusan?
Maria memiliki peran yang istimewa dalam karya penebusan sebagai Bunda Yesus, yang menjadikannya perantara rahmat dan penyertaan Tuhan dalam sejarah keselamatan umat manusia. Meskipun Maria tidak dianggap sebagai pelaksana penebusan itu sendiri (yang adalah karya Yesus Kristus), Gereja melihat perannya sebagai cooperatrix atau "rekan dalam penebusan," karena ketaatan dan kesediaannya menjadi alat yang mendatangkan keselamatan bagi dunia.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari peran Maria dalam karya penebusan:
Kesediaan untuk Menggenapi Rencana Allah: Ketika Maria menjawab “fiat” atau “jadilah” pada saat malaikat Gabriel menyampaikan kabar bahwa dia akan mengandung Yesus (Lukas 1:38), Maria dengan penuh ketaatan menerima perannya dalam karya keselamatan. Melalui penerimaan ini, Maria bekerja sama dengan rahmat Allah, membuka jalan bagi Sang Penebus untuk hadir ke dunia.
Peran sebagai Bunda Allah: Sebagai Theotokos atau "Bunda Allah," Maria memberikan tubuh dan kehidupan insani kepada Yesus. Melalui inkarnasi, Allah mengambil rupa manusia dalam diri Yesus untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Maria, sebagai ibu-Nya, menjadi sarana Allah untuk menjadikan keselamatan nyata dan terwujud dalam sejarah manusia.
Kebersamaan dalam Penderitaan Yesus: Maria tetap dekat dengan Yesus, bahkan sampai di bawah salib (Yohanes 19:25-27). Keberadaannya di sana menunjukkan bahwa ia turut merasakan penderitaan-Nya dan berbagi dalam penderitaan penebusan ini. Gereja melihat ini sebagai bentuk partisipasi Maria dalam penderitaan Kristus, yang dalam arti tertentu turut mempersembahkan dirinya dalam karya penebusan yang digenapi oleh Yesus.
Bunda Gereja dan Pengantara Rahmat: Setelah kenaikan Yesus, Maria terus hadir dalam Gereja mula-mula, berdoa bersama para murid di ruang atas (Kisah Para Rasul 1:14). Dalam tradisi Gereja, Maria dihormati sebagai Bunda Gereja, yang secara rohani mendampingi umat beriman dan mendoakan mereka. Sebagai Mater Dolorosa (Ibu Dukacita) dan Mater Redemptoris (Ibu Penebus), ia menjadi pengantara rahmat Kristus bagi umat manusia.
Kesimpulan
Maria berperan sebagai "rekan dalam penebusan" dengan cara mendukung dan berpartisipasi dalam karya Yesus, namun bukan sebagai pelaku utama. Gereja Katolik menghormati peran Maria sebagai sosok yang turut serta dalam karya penebusan melalui ketaatan, keberanian, dan kasih yang mendalam, sehingga ia menjadi teladan dan pembimbing bagi umat dalam merespons kasih Allah.
Galatia 4:4-7
Dalam Galatia 4:4-7, Rasul Paulus menjelaskan bahwa pada "waktu yang telah genap," Allah mengutus Anak-Nya, lahir dari seorang perempuan, dan hidup di bawah hukum Taurat. Yesus datang untuk menebus mereka yang ada di bawah hukum, sehingga kita dapat menerima pengangkatan sebagai anak-anak Allah. Karena kita telah diangkat, Roh Kudus pun diutus ke dalam hati kita, yang membuat kita bisa berseru kepada Allah sebagai "Abba, Bapa." Paulus menekankan bahwa kita bukan lagi hamba, tetapi anak, dan sebagai anak, kita juga ahli waris Allah.
Makna Utama:
Lukas 2:41-52
Dalam Lukas 2:41-52, kisah ini menceritakan Yesus pada usia dua belas tahun yang mengunjungi Yerusalem bersama orang tua-Nya. Ketika Maria dan Yusuf pulang, mereka menyadari bahwa Yesus tidak ada bersama mereka dan akhirnya menemukannya di Bait Allah, sedang berdiskusi dengan para guru agama. Ketika ditegur, Yesus berkata, "Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Pernyataan ini menandakan kesadaran Yesus akan identitas dan misinya. Namun, Ia kembali ke Nazaret dan hidup dalam ketaatan pada orang tua-Nya.
Makna Utama:
Refleksi Bersama
Kedua bacaan ini memperlihatkan bahwa Yesus datang untuk menggenapi rencana keselamatan Allah dan membuka jalan agar kita bisa menjadi anak-anak Allah. Sebagai umat yang telah diangkat menjadi anak-anak Allah, kita diajak untuk meneladani ketaatan dan kebijaksanaan Yesus serta hidup dalam hubungan yang intim dengan Allah. Kedekatan ini memberikan kita hak istimewa untuk memanggil Allah sebagai Bapa dan menerima janji-Nya sebagai ahli waris.