Suara Keheningan | Savitri Chandra
Beberapa hari lalu, aku mengalami kedukaan yang mendalam. Adikku meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Sedih sekali ditinggal saudara kandung yang sudah seumur hidup saya kenal. Lintasan-lintasan ingatan datang silih berganti. Membuat perasaan menjadi lebih sedih lagi.
Jenazah disemayamkan di Rumah Duka untuk semalam. Dan para pelayat datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Ternyata banyak sekali pelayat yang datang untuk ukiran kondisi pandemi seperti saat ini.
Adikku yang lulusan Biologi UI dan S2 nya dari IPB memilih panggilan hidupnya menjadi seorang Guru.
Dia sangat menyukai dan menikmati pekerjaannya.
Para pelayat yang datang selain saudara-saudara sendiri, kebanyakan adalah murid-muridnya, bahkan ada yang datang dari tempat yang jauh, juga rekan-rekan gurunya.
Para pelayat terlihat sedih karena merasa kehilangan. Sepintas dan selintas, aku mendengar kesan-kesan mereka terhadap almarhum sangat baik dan positif.
Mereka memuji dan berkata yang baik tentang saudaraku ini.
Hal ini membuatku dan keluarga merasa sangat terhibur dan terangkat hatinya.
Di dalam hati aku berkata, adikku sudah menjalani hidup dengan baik dan memberikan warisan nama baik untuk keluarga.
Kesedihanku berubah menjadi bahagia. Dia sudah melakukan yang terbaik semasa hidupnya.
Merayakan Kehidupan..
Saat sebelum nafas terakhir pergi dari raga sudah layak dan sepantasnya kita merayakan kehidupan yang terberikan ini.
Rayakan dengan melakukan hal-baik
Rayakan dengan kegiatan yang menggembirakan diri kita dan orang lain.
Rayakan kesulitan yang dihadapi dengan tetap tabah dan teguh.. attitude kitalah yang membedakan saat melaluinya.
Rayakan kesehatan kita
Rayakan berkat yang terberikan setiap hari.
Rayakanlah kehidupan ini dalam karya dan kerja.
Sehingga saat ajal menjemput, kita bisa mewarisi nama baik dan menjadi saksi bagi-Nya.
Rayakan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, dengan cinta dan karya-karya yang baik.
