Suara Keheningan | RP. Stefanus Florianus Buyung, O.Carm
+ Maria Yang terkasih Para Konfrater dan para Frater Komisariat Karmel “St. Titus Brandsma”, Maumere, Indonesia Timur Masing-masing di tempat.
1. Salam sejahtera dalam kasih Tuhan dan tatapan kasih keibuan Bunda Maria. Dalam surat saya pada 27 Juli 2022 yang lalu, saya mengajak kita semua untuk melihat ACARA HARIAN kita sebagai MARTABAT PANGGILAN dan IMPLEMENTASI KHARISMA. Kita diingatkan bahwa acara harian itu bila dilaksanakan dengan baik dan disiplin, membuat komunitas itu hidup.
Pada kesempatan ini, di saat kita akan memasuki masa Adven dan masih mengisi TAHUN REFLEKSI, saya mengundang kita semua untuk melihat kembali salah satu aspek penting dalam hidup kita sebagai orang beriman, terlebih sebagai Karmelit, yaitu CORRECTIO FRATERNA.
2. Kendati penting, namun Correctio Fraterna tidak selalu mudah untuk dipraktekkan. Kita lebih mudah berbicara TENTANG daripada DENGAN sesama. Kita juga lebih sering berbicara tentang sisi jeleknya daripada tentang sisi baiknya. Kita lebih gampang terjun dalam area gosip daripada masuk dalam percakapan atau dialog antar pribadi penuh kasih.
Kongregasi untuk Lembaga Hidup dan Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan menggarisbawahi situasi ini. “Sebaliknya, kita tanpa daya mengamati fenomena - yang sering dikecam oleh Paus Fransiskus - tentang 'terorisme gosip' yang tentu saja tidak membantu menciptakan iklim kehidupan komunitas yang tenang dan penuh hormat.” {Congregation for Institutes of Consecrated Life and Societies of Apostolic Life, The Gift of Fidelity, The Joy of Perseverance (Rome: Libreria Editrice Vaticana, 2020), no. 11). Ada satu catatan yang pantas kita simak:
Bukti Rasa Tanggung Jawab
3. Correctio Fraterna sesungguhnya merupakan bukti rasa tanggung jawab kita terhadap sesama. Sebagai murid-murid Yesus, kita sudah selayaknya saling membantu untuk bertumbuh dalam iman, harap, dan kasih. Kita mau supaya masing-masing kita tetap berada pada rel yang benar, tetap setia kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Guru kita.
Yesus sendiri memberikan nasihat kepada kita untuk menegur sesama saudara kita yang berbuat dosa. “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” (Mat 18:15). Lalu Rasul Paulus dalam surat pertamanya kepada umat di Korintus menegaskan, “Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.” (1Tes 5:14). Kepada Titus, sahabat dan rekan dalam pelayanannya, Paulus memberi nasihat demikian, “Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman.” (Tit 1:13).
4. Sebagai religius dan secara khusus sebagai Karmelit, kita juga bertanggung jawab atas pertumbuhan hidup rohani dan panggilan sama saudara kita. Kita diminta untuk saling menasehati dan saling menegur dalam perjalanan mengikuti Yesus Kristus sesuai dengan semangat seorang pelaku hidup bakti, sesuai dengan Kharisma Karmel.
Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan menegaskan, “Dalam sebuah komunitas persaudaraan yang sejati, setiap anggota memiliki rasa tanggung jawab bersama atas kesetiaan yang lain; masing-masing berkontribusi pada suasana yang tenang dalam berbagi kehidupan, pengertian, saling membantu; masing-masing memperhatikan saat-saat kelelahan, penderitaan, isolasi atau kurangnya motivasi pada sesamanya; masing-masing menawarkan dukungan kepada mereka yang sedih karena kesulitan dan pencobaan.” (The Gift of Fidelity, The Joy of Perseverance, no. 37).
Regula Karmel menegaskan, “Lagi pula pada hari Minggu atau pada hari lain bila perlu, hendaknya kamu membicarakan pemeliharaan tata tertib dan kesejahteraan rohani. Pada kesempatan itu hendaknya juga diperbaiki dengan kasih sayang pelanggaran dan kesalahan para saudara bila terdapat pada seseorang.” (Regula no. 15).
Sekolah Cinta
5. Kita menyadari bahwa untuk menerapkan Correctio Fraterna dalam hidup kita sehari-hari tidak selalu mudah. Kita juga tahu bahwa menegur demi kebaikan sesama saudara itu luhur dan mulia. Itulah sebabnya, komunitas di mana kita tinggal sudah semestinya menjadi sebuah tempat untuk belajar saling mencintai, tempat untuk bertumbuh dan berubah. Melalui komunitas, kita mau membangun persaudaraan sejati dan hidup dalam kasih.
Correctio Fraterna menjadi momen indah, saat berahmat dimana kita dalam kekuatan iman, dalam terang sabda Allah dan semangat kontemplasi, saling membantu untuk mengalami Allah yang mengubah dan membaharui kita. Correctio Fraterna dengan sendirinya menjadi sekolah cinta juga. St. Yohanes Paulus II, Paus dalam Surat Apostoliknya Pada Awal Milenium Baru mengatakan, “Spiritualitas persekutuan terutama menunjukkan kontemplasi hati ke arah misteri Tritunggal yang bersemayam dalam batin kita, lagi pula kita harus mampu juga memandang sinar cahaya-Nya yang memancarkan wajah saudara-saudara dan saudari-saudari di sekitar kita.
Spiritualitas persekutuan berarti juga kecakapan untuk memikirkan saudara-saudara dan saudari-saudari kita dalam pangkuan kesatuan mendalam Tubuh Mistik dan karenanya juga sebagai ‘mereka yang merupakan sebagian saya’. Itu memampukan kita ikut serta menanggung pokok-pokok kegembiraan dan penderitaan mereka, ikut serta merasakan keinginan-keinginan mereka, dan memperhatikan keperluan-keperluan mereka, menyajikan kepada mereka persahabatan yang mendalam dan sejati.” (NMI 43).
Lalu Paus Benediktus XVI dalam ensikliknya mengenal Allah adalah Kasih menegaskan bahwa kasih sejati kepada sesama hanya bisa dibangun dari pengalaman akan Allah yang hidup. Hanya dengan pengalaman itulah, kita mampu melihat gambaran wajah Allah dalam diri sesama kita. Justru relasi kita dengan Allah mengering, bila kita mengabaikan cinta dan kepedulian kita kepada sesama.
Demikian juga bila kita terbuka dan bersedia membangun relasi yang mendalam dengan sesama, menunjukkan kasih kepadanya, kita justru bertumbuh dalam kepekaan terhadap Allah (bdk. DCE 18). Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan mengatakan, “Perspektif hidup bersama, yang dipahami sebagai schola amoris, menuntun kita untuk memusatkan perhatian pada apa yang secara realistis dapat menjadi peluang untuk pertumbuhan dan perubahan.” (The Gift of Fidelity The Joy of Perseverance, no. 59). Konstitusi Ordo Karmel menegaskan bahwa komunitas Karmel sebagai komunitas beriman harus dibangun di atas dasar kasih. Kepribadian dan karisma masing-masing anggota sungguh harus menjadi perhatian (bdk. Konst. no. 36).
6. Melalui Correctio Fraterna, kita mau saling mendukung untuk BERJALAN BERSAMA menuju kematangan dalam iman, kedewasaan dalam hidup rohani, menuju puncak gunung Karmel: persatuan dengan Allah, kesempurnaan dalam kasih. Dalam semangat iman, kita bertekad mencintai sesama dengan hati Tuhan sendiri. Lalu dalam kontemplasi, kita mau melihat kehadiran Allah (Yesus) dalam diri saudara-saudara kita. Konstitusi Ordo Karmel 2019 menggarisbawahi, “Keterbukaan pada kontemplasi dalam mendekati dunia sekitar kita menjadikan kita mampu menemukan kehadiran Allah dalam peristiwa hidup sehari-hari dan khususnya melihat-Nya dalam diri para saudara dan saudari kita.
Dengan demikian kita dibimbing untuk menghargai misteri mereka yang berbagi hidup bersama kita. Persaudaraan adalah tempat dimana transformasi yang terjadi di dalam batin kita diuji. Kita menemukan diri kita sebagai saudara kala kita berjalan bersama menuju Allah, saling mendukung satu sama lain melintasi kesulitan-kesulitan dalam perjalanan.” (Konst. no. 19). St. Teresa dari Yesus: Teladan Kita
7. 12 Maret 2022 merupakan tanggal yang istimewa. Kita boleh merayakan 400 tahun kanonisasi St. Teresa dari Yesus (St. Teresa dari Avila). Bersama St. Filipus Neri, St. Ignatius dari Loyola, dan St. Isidorus Petani, St. Teresa dari Yesus diberi gelar kudus oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 12 Maret 1622.
St. Teresa (1515-1582) menjadi teladan kita bagaimana caranya mengungkapkan rasa tanggung jawabnya terhadap sesamanya untuk bertumbuh bersama dalam kekudusan. Ia juga menegaskan komunitas harus menjadi tempat para penghuninya saling mengenal dan mencintai satu sama lain. Hasilnya luar biasa. Ia tidak hanya mampu membaharui dirinya, tetapi juga membaharui sesama anggota komunitas, bahkan membaharui Ordo Karmel.
8. Salah satu cara yang ditempuh oleh St. Teresa dari Avila adalah Correctio Fraterna. Baginya, Correctio Fraterna hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mau berjuang hidup dalam cinta yang sejati. Orang-orang yang demikian tidak mau sesama yang dicintainya itu celaka karena berada pada jalan yang keliru.
Dalam bukunya Jalan Kesempurnaan, Teresa menulis, “Hati mereka tidak memungkinkan mereka bermuka dua: kalau melihat temannya menyimpang dari jalan yang benar atau membuat kesalahan, mereka akan menegurnya; karena mereka tidak bisa tinggal diam.” (JK 7:4). Dan dalam buku Puri Batin, ia menegaskan, “Pelanggaran terhadap Regula dan Konstitusi tidak boleh dibiarkan, melainkan harus ditegur. Apabila ia tidak mau memperbaiki diri maka harus disampaikan kepada atasan. Itulah cinta kasih.” (PB I, 2, 18).
9. Lalu sesuai dengan Regula, komunitas mengadakan Correctio Fraterna sekali dalam seminggu. Konstitusi St. Teresa dari Avila mengatur tentang Kapitel untuk mengoreksi kesalahan para anggota. Berkenaan dengan kesalahan-kesalahan berat, Konstitusi menegaskan, “Kapitel kesalahan-kesalahan berat, di mana menurut Regula kesalahan-kesalahan para Suster harus dikoreksi dengan cinta kasih, harus dilaksanakan sekali seminggu.” (Konstitusi St. Teresa dari Avila, no. 43).
St. Teresa dari Avila juga memberikan pedoman bagaimana mengadakan visitasi. “Visitasi resmi harus dilaksanakan sekali setahun sehingga, dengan cinta kasih, kesalahan kesalahan secara lambat laun diperbaiki dan dijauhkan.” (Cara Mengadakan Visitasi, no. 5).
Akhirnya….
10. Correctio Fraterna itu nampaknya berat namun meringankan langkah perjalanan kita bersama. Correctio Fraterna itu kelihatannya sulit, sepertinya tidak bisa dihayati dalam hidup, namun sungguh membawa sukacita yang begitu besar untuk berjalan bersama menuju terminal akhir kehidupan kita: kekudusan, tempat kediaman abadi di surga.
Correctio Fraterna merupakan rasa tanggung jawab dan bukti cinta kasih kita. Dalam semangat ini, bersama St. Paulus, kita dapat saling mengingatkan, “Saudara-saudara, walaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” (Gal 6:1).
Konstitusi Ordo Karmel 2019 menegaskan, “Bagi kita menjadi saudara berarti tumbuh di dalam persekutuan dan persatuan, menghilangkan hak-hak istimewa dan perbedaan-perbedaan, dalam semangat partisipasi dan bertanggung jawab bersama, dalam berbagi harta benda, rencana bersama tentang kehidupan, dan karisma pribadi; menjadi saudara juga berarti saling mempedulikan kesejahteraan rohani dan psikologis tiap pribadi, melalui jalan dialog dan rekonsiliasi.” (Konst. no. 19).
11. Kita harus melibatkan Tuhan dalam proses Correctio Fraterna. Masing-masing kita harus berdoa mohon Tuhan menguatkan kita untuk menjalankan tugas yang mulia dan luhur ini. Kita juga sudah semestinya saling mendoakan agar kita tidak hanya tahu tentang Correctio Fraterna, tetapi juga mampu menghayatinya dalam perjalanan hidup dan panggilan kita. Selain itu, kita harus juga terbuka dan rendah hati untuk menerima kritik dan saran dari sesama saudara kita.
Correctio Fraterna dari orang lain adalah bukti kepeduliannya bagi kita masing-masing. Teguran itu sebagai bukti rasa tanggung jawabnya demi pertumbuhan iman dan panggilan kita. Marilah kita saling mendukung, supaya kita tidak hanya berbicara tentang tetapi juga mau berdialog penuh kasih persaudaraan dengan sesama saudara kita. Tuhan memberkati. Bunda Maria, Bapa Elia dan Santa Teresa dari Yesus mendoakan kita. Amin.
Weruoret, 25 November 2022 Saudaramu dalam Karmel P. Stef. Buyung Florianus, O.Carm Prior Komisaris