Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Dalam komunikasinya dengan sesama, manusia antara lain menggunakan bahasa. Alat ini mengandung banyak unsur seperti kata, tata bahasa, dan lain-lain.
Ada bahasa yang menggunakan "tenses" atau keterangan waktu. Budaya yang amat sadar dan menghargai waktu tercermin dalam bahasa. Biasanya pemilik dan pemakainya memiliki kesadaran tinggi akan sejarah. Di negara mereka terdapat banyak museum yang dipelihara dengan amat baik.
Di samping unsur di atas, bahasa itu ekspresi dan amat dekat dengan rasa ("sense"). Sebelum berhasil masuk ke dalam rasa budaya itu, biasanya orang belum bisa sungguh berbahasa. Mungkin masih pada taraf menggunakan kosa kata, tata bahasa, dan lain-lain, tetapi belum berekspresi.
Ekspresi dalam bahasa itu menjadi salah satu tantangan paling sulit bagi para penerjemah. Mereka dituntut untuk masuk ke dalam rasa dua bahasa, yakni bahasa teks asli dan bahasa penerjemahannya.
Kini, bukan hanya manusia yang menerjemahkan. Banyak alat terjemahan dibuat oleh manusia. Alat itu amat membantu dan perlu disyukuri. Namun, sekaligus menjadi tantangan. Manusia tidak bisa hanya mengandalkan alat itu.
Dahulu "google translate" masih amat terbatas kemampuannya. Kini, sudah sangat berkembang. Namun, tetap ada sisa pertanyaan. Dapatkah alat penerjemah itu menerjemahkan ekspresi dan rasa berbahasa?
Betapa hebat dan sempurnanya alat penerjemah, tak dapat ia mengalahkan kemampuan manusia. Kepada manusia Tuhan menanamkan kemampuan menerjemahkan yang amat canggih. Bukankah hanya manusia yang bisa menerjemahkan bahasa cinta?
Ada banyak orang yang mengagumi kemampuan alat terjemahan. Berapa yang kagum terhadap alat penerjemah buatan Tuhan? Ada bahaya bahwa manusia zaman ini lebih mengandalkan alat bikinan manusia daripada ciptaan Tuhan.
Salam dan Tuhan memberkati.
SOHK, Senin 5 Desember 2022AlherwantaRenalam ke-242