Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Apakah manfaat berdoa pribadi bagi manusia? Berdoa itu bisa membawa manfaat positif dan negatif. Itu tergantung pada motivasi, tujuan, dan cara berdoa seseorang. Bagaimana maksudnya? Marilah kita renungkan berdasarkan bacaan injil hari ini (Lukas 18:9-14).
Dalam perikop injil Lukas itu, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang orang yang menganggap diri benar dan meremehkan orang lain (Lukas 28:9). Hal itu tampak dalam doa orang Farisi yang dibandingkan-Nya dengan doa seorang pemungut cukai (Lukas 18:20).
Sambil berdiri di Bait Allah, orang Farisi itu berkata bahwa dia tidak sama dengan semua orang lain, karena dia bukan perampok atau orang lalim, bukan pezina dan tidak seperti pemungut cukai yang di belakangnya (Lukas 18:11). Dia berpuasa dua kali seminggu dan membayar persepuluhan dari penghasilannya (Lukas 18:12). Singkatnya, dia mengangkat diri tinggi-tinggi dan meremehkan sesamanya.
Sedangkan pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh dan tidak berani menengadah ke langit serta memukul dadanya sambil berkata bahwa dia orang berdosa yang memerlukan belas kasih Tuhan (Lukas 18:13). Dengan kata lain, dia merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Dua orang itu menunjukkan bahwa berdoa itu bisa menjauhkan atau mendekatkan orang kepada Tuhan. Yang satu berdoa dalam kesombongan dan yang lain dalam kerendahan hati. Yang pertama tidak berkenan kepada Tuhan, tetapi yang kedua dipuji dan dibenarkan Tuhan (Lukas 18:14). "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan. Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran" (Hosea 6:6).
Perumpamaan yang Yesus kemukakan itu tampak berlebihan. Tetapi faktanya, ada orang yang berdoa dengan mentalitas seperti itu. Artinya, menggunakan berdoanya untuk menunjukkan bahwa dirinya benar di hadapan Tuhan dan lebih baik daripada sesamanya. Misalnya, orang menuntut dihormati orang lain ketika sedang beribadah. Ada pula yang dalam doanya selalu menemukan dirinya tidak layak dan membutuhkan rahmat belas kasih Tuhan. Berdoa itu mengungkapkan kualitas pribadi orang yang melakukannya.
Perayaan Ekaristi yang merupakan doa tertinggi dan berkualitas dalam Gereja Katolik selalu diawali dengan upacara tobat. Di sana, orang diajak untuk mengakui dosa dan kesalahan di hadapan Tuhan. Orang perlu menyadari alangkah agung dan sucinya Tuhan dan betapa tidak layak manusia berdiri di hadapan-Nya. Gereja juga mengajak umat menyadari bahwa segala kemuliaan adalah milik dan bagi Tuhan (penutup Doa Syukur Agung atau doksologi).
Berdoa memang merupakan salah satu aktivitas rohani. Di sana, orang bisa membangun relasi pribadi dengan Tuhan. Mereka yang berdoa secara benar akan makin dekat dengan Tuhan. Tetapi orang yang memuji atau membanggakan dirinya justru makin jauh dari Tuhan. Selama ini bagaimanakah doa kita?
Sabtu, 29 Maret 2025HWDSF