Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Penyembuhan Naaman, panglima perang raja Aram, dari penyakit kustanya terjadi lewat tindakan biasa. Tampaknya seakan-akan serba kebetulan.
Orang Aram dalam penyerangannya ke Israel menawan seorang gadis yang kemudian menjadi pelayan isteri Naaman. Kepada majikan perempuannya gadis itu berkata, "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya." (2 Raj 5: 3).
Menindaklanjuti kata-kata orang biasa itu Sang Raja mengirim Naaman kepada raja Israel untuk disembuhkan. Tetapi raja Israel malah ketakutan. Dia baru tenang setelah mendengar pesan dari nabi Elisa. Sang nabi meminta supaya mengirim Naaman ke rumahnya.
Setibanya di depan rumah Elisa, Naaman disuruh pergi menenggelamkan dirinya tujuh kali di sungai Yordan. Sang Nabi sama sekali tidak keluar rumah. Naaman kecewa dan marah, karena hanya diminta melakukan hal yang amat biasa untuk penyembuhannya. Tak ada ritual agama; mantra juga tiada. Tanpa ada hebohnya sama sekali.
Namun akhirnya dia sembuh setelah mandi tujuh kali di sungai itu. Lalu percayalah dia bahwa di negeri Israel ada Tuhan yang dapat menyembuhkan.
Berbeda dari para tetangga Sang Guru Kehidupan. Meski menyaksikan mukjizat yang dikerjakan-Nya, mereka tidak percaya dan meminta tanda istimewa (Luk 4: 24-30).
Hingga kini Allah masih mengerjakan hal-hal luar bisa lewat cara, orang dan peristiwa yang biasa-biasa saja. Bukankah tubuh manusia sehat karena organ-organnya berfungsi seperti biasa. Bukankah roda kehidupan ini sebagian berputar karena orang-orang kebanyakan yang bekerja secara tulus ikhlas dalam hal-hal yang biasa?
Sebagian besar rahmat Allah dianugerahkan oleh karena doa-doa orang biasa. Berapa orang disembuhkan dari sakit atau ditolong dari kesulitannya berkat doa rosario yang amat biasa? Memang, Tuhan bekerja dalam yang biasa-biasa saja.
Senin, 21 Maret 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.