Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
“Tuhan, Allah yang mahabaik. Aku bersyukur karena bisa tidur”. Berapa di antara kita mendoakan itu? Ada yang mengeluh, karena sulit tidur; ada pula yang lupa berdoa setelah semalaman tidur mendengkur di atas kasur.
Syukur, aku mudah tertidur. Ibaratnya begitu mencium bantal, duniaku berubah total. Apalagi saat badan sedang lelah dan pikiran capai. Belum semenit membaringkan badan, aku segera masuk ke dalam dunia angan-angan.
Hidup ini sering tampak kurang adil, karena ada orang yang harus mengeluarkan biaya begitu mahal untuk bisa tidur. Beli obat tidur. Sementara yang lain bisa dengan mudah melakukannya; bahkan di tempat kerja, di rumah ibadah, waktu kuliah, atau di trotoar.
Ada banyak alasan orang sulit tidur. Antara lain, karena terlalu banyak berpikir. Beberapa kawan sulit menikmati anugerah gratis ini karena pikirannya dipenuhi segala macam kekhawatiran dan kegelisahan. Padahal, kekhawatiran tidak menambah apa pun bagi kehidupan ini.
Mahatma Gandhi berkata, ”There is nothing that wastes the body like worry, and one who has any faith in God should be ashamed to worry about anything whatsoever.” *)
Rupanya kekhawatiran tidak hanya membuat orang susah tidur, tetapi juga pertanda sikap kurang percaya kepada penyelenggaraan ilahi. Mereka kurang bersyukur dan ingin mengatur atau menentukan hidupnya berdasar kekuatan dan perhitungannya sendiri. Tidak pasrah kepada Allah.
Bukankah Allah senantiasa menjaga kita, baik waktu berjaga maupun saat kita tidur?“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah para pengawal berjaga-jaga.” (Mzm 127: 1)
Berserah kepada Allah adalah jalan termurah untuk menikmati hidup yang secara gratis dianugerakan-Nya kepada kita. “Solo Dios basta,” kata Santa Teresa dari Avila. Artinya, Allah saja sudah cukup. Kita ini sudah diberi hidup; gratis.
SOHK, Rabu 4 Mei 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm. Renalam ke-28
*) Tak ada sesuatu pun yang menghabiskan tubuh seperti rasa khawatir, dan orang yang beriman kepada Tuhan harus malu bila dia khawatir tentang sesuatu, apa pun itu.