Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Surga dan dunia itu bak dua realitas yang erat terkoneksi. Yang satu tak terpisahkan dari yang lain. Sementara masih tinggal di dunia, orang bicara tentang surga.
Sebagian agama menyebarkan ajaran tentang surga dan dunia. Umumnya, orang mengatakan bahwa yang dilakukan di dunia akan menentukan nasibnya di surga.
Yang hidupnya baik, benar, dan penuh kasih akan masuk surga. Sedang yang jahat dan penuh kebencian akan masuk neraka. Tidak jarang, ancaman neraka ini digunakan untuk mengendalikan orang. Menakut-nakuti, misalnya.
Perihal surga ada pelbagai interpretasi. Ada yang menggambarkan surga itu tempat manusia mencapai nikmat yang tidak mungkin dialami di dunia. Orang diajak untuk siap menderita demi agama, karena di surga kelak akan disambut tujuh bidadari nan amat cantik.
Apakah surga itu memang demikian? Bukankah itu interpretasi projektif yang amat duniawi tentang surga? Di sana unsur diri sendiri amat kuat.
Agama lain mengajarkan bahwa surga itu tempat semua orang memuliakan Tuhan dengan puji-pujian tiada henti. Mereka yang masuk ke sana bergabung dengan paduan para malaikat memuji Tuhan.
Di sana, orang tidak lagi berpikir tentang diri sendiri. Bidadari tidak berarti lagi tatkala mereka bergabung dalam sukacita dan kebahagiaan sejati; tenggelam dalam cahaya ilahi nan abadi.
Mereka yang percaya akan adanya surga kini ditantang oleh interpretasi tentang surga dan dunia. Apakah percaya kepada surga dengan bidadarinya atau surga yang mengizinkannya bergabung dengan para malaikat dalam kebahagiaan ilahi?
Salam dan Tuhan memberkati.
MLKÇ, Jumat 17 Maret 2023AlherwantaRenalam 076/23