Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Dikatakan bahwa manusia itu ciptaan paling sempurna di antara semua yang Tuhan ciptakan. Itu tidak berarti bahwa manusia bisa sendirian mengarungi hidup ini.
Dalam meraih banyak hal manusia membutuhkan bantuan dari sesamanya. Mereka yang berada dalam situasi yang terbatas dan berkekurangan amat merasakan hal itu.
Seorang lumpuh yang dibawa oleh teman-temannya dan diantar kepada Sang Guru Kehidupan adalah salah satu contohnya. Karena begitu banyak orang mengerumuni Dia dan tak ada jalan untuk mendekat, teman-temannya membuka atap rumah dan menurunkannya di depan Sang Guru.
Peristiwa itu sangat dramatis. Sekaligus menunjukkan betapa teman-temannya ingin agar yang lumpuh itu sembuh.
Sang Guru pun menyembuhkannya dengan bersabda, "Hai saudara, dosamu sudah diampuni" (Luk 5: 20). Dia bersabda pula, "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah" (Luk 5: 24).
Orang lumpuh itupun bangun, mengangkat tempat tidurnya dan pulang sambil memuliakan Allah (Luk 5: 25). Semua orang pun takjub dan memuliakan Allah.
Di sekitar kita ada begitu banyak "orang lumpuh" yang membutuhkan bantuan. Bukan hanya lumpuh secara jasmani, tetapi terlebih lumpuh secara rohani. Mereka dikuasai oleh dosa dan kejahatan sehingga lumpuh hidupnya.
Apakah kita peka akan situasi mereka dan siap menolongnya? Atau barangkali aku sendiri orang lumpuh itu? Siapakah yang dapat membawaku kepada Sang Guru Kehidupan agar disembuhkan oleh-Nya?
Dalam keterbatasan diri manusia sungguh memerlukan bantuan sesamanya. Memang, manusia diciptakan untuk saling menolong. "Non nobis solum nati sumus," kata Marcus Tullius Cicero. Tidak untuk diri sendiri kita dilahirkan. Orang dilahirkan untuk sesamanya.
Senin, 6 Desember 2021RP Albertus Agung Herwanta, O. Carm.