Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Hidup ini penuh dengan pilihan. “Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Lukas 9: 25)
Musa berkata bahwa Allah menawarkan kepada manusia kehidupan (kebaikan) dan kematian (jahat), berkat, dan kutuk (Ul 30: 19). Manusia bebas memilih. Tuhan yang menjadikan manusia tidak akan menyelamatkan mereka tanpa kerjasamanya.
Tuhan tidak akan pernah memaksakan jalan-Nya kepada manusia. Itu tergantung pada mereka untuk memutuskan; apa yang akan terjadi pada dirinya melalui pilihan bebasnya setiap hari.
Manusia bebas untuk memilih, tetapi tidak bebas untuk menghindari konsekuensi dari pilihannya.
Sang Guru Kehidupan bersabda, “Jika ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku; karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangannya; dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.” (Luk 9: 23-24).
Dia memulai dengan kata “Jika”. Berarti pilihan bebas; tidak ada yang dipaksa. Ini adalah keputusan yang harus datang dari hati setiap orang, pilihan untuk menyangkal diri sendiri, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Dia.
Pilihan terbaik adalah menyangkal diri. Bagaimana konkretnya? Berpuasa (menyangkal diri dari kesenangan), berdoa (menyangkal diri dari kesombongan), dan bersedekah (menolak sifat serakah dan sikap egois ).
Hanya sedikit yang mau mendengar tentang menyangkal diri. Setiap orang mencari jalan yang mudah, menyenangkan dan nyaman. Namun Sang Guru bersabda: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatnya.” (Matius 7: 13-14).
Kamis, 3 Maret 2022