Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Dalam alam bawah sadarnya, manusia ingin meraih yang terbaik. Tampil dalam musik atau olah raga, misalnya, orang ingin menyajikan yang tanpa kekurangan. Sempurna.
Itu segaris dengan yang diajarkan Tuhan Yesus hari ini. "Hendaknya kamu sempurna seperti Bapa-mu di surga sempurna adanya." (Matius 5: 48). Apa maksudnya? Apa seperti yang disebut di alinea pertama? Tidak, karena yang di atas itu hanya secuil dari capaian besar yang perlu manusia raih.
Sempurna (Matius 5:48) yang diajarkan oleh Tuhan Yesus bersifat rohani dan buahnya menjangkau hidup abadi. Isinya dapat dibaca dalam bacaan pertama dan injil.
"Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu kudus." (Imamat 19: 2). Kekudusan itu tampak dalam sikap tidak membenci dan tidak membalas dendam serta dengan mengasihi sesama (Imamat 19: 17-18).
Yesus menggarisbawahi hal itu (Matius 5: 38-48). Pertama, membalas kejahatan dengan kebaikan hati (Matius 5: 39-42). Kedua, mengasihi musuh dan mendoakan mereka (Matius 5: 44). Ketiga, berbuat baik seperti Allah Bapa di surga (Matius 5: 45).
Tuhan itu berbuat baik kepada orang baik dan orang jahat. Dia mencintai tanpa syarat dan tidak membeda-bedakan. Cinta-Nya sempurna; tidak ditentukan oleh kebaikan atau kejahatan manusia.
Hari ini, Tuhan mengajar agar orang menjadi sempurna. Bukan hanya dalam studi atau menampilkan bakat-bakatnya, melainkan dalam menjadi manusia, terutama dalam mencintai seperti Tuhan mencintai.
Ajaran itu merupakan ajaran terbaik dan tersulit. Berbahagialah mereka yang memahami dan siap mewujudkannya. Itulah makna panggilan menjadi sempurna.
Minggu, 19 Februari 2023Alherwanta, O.Carm.