Suara Keheningan | RP. ALbertus Herwanta, O.Carm
Dari dahulu hingga kini, manusia punya teknologi penyimpanan. Petani menyimpan padi di lumbung, misalnya.
Hampir semua rumah tangga modern punya kulkas. Di samping sebagai alat pengawet, kulkas juga berfungsi untuk menyimpan makanan-minuman.
Masyarakat digital amat bergantung pada alat penyimpan. Data seperti dokumen, foto, video, dan produk digital lain disimpan dalam komputer, handphone, atau alat digital lain.
Ketika semua alat-alat digital di seluruh dunia rusak, mungkin akan terjadi "chaos" di seluruh muka bumi. Apakah berarti komunikasi dengan masa lalu terputus sama sekali? Kemungkinan besar tidak.
Sebelum manusia menemukan alat penyimpan, Tuhan telah lebih dahulu menciptakannya. Namanya manusia.
Ya, manusia itu makhluk penyimpan. Di samping mempunyai otak, manusia juga punya ingatan (bedakan: brain, mind, and memory). Bahkan hati. Manusia itu lebih hebat dari penyimpan digital. Dia hanya menyimpan yang penting, karena ia cerdas.
Lebih dari itu, manusia juga dikaruniai perasaan. Dia mampu mengolah data yang tersimpan dalam pikiran dan hatinya.
Namun, itulah kelemahannya. Mereka bisa menyimpan data dan mengolahnya dengan perasaan. Hal-hal positif dari masa lalu membuatnya bernostalgia. Hal-hal yang menyakiti atau melukai bisa muncul kembali dalam trauma.
Sebagian orang begitu terganggu oleh trauma. Bahkan dipenjarakan olehnya. Perlu diingat, manusia diberi kekuatan untuk mengatasinya.
Bila tidak mampu mengatasinya, dia perlu meminta kekuatan kepada Dia yang menciptakannya sebagai penyimpan. Niscaya, Dia akan membebaskan dari trauma alat penyimpan.
SOHK, Selasa 3 Mei 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm. Renalam ke-27