Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Masyarakat yang diwarnai dengan target cenderung berproses berdasar ukuran-ukuran tertentu. Proses itu digunakan untuk menentukan tahap dan cara dalam mencapai target. Sedangkan ukuran dipakai untuk memastikan bahwa target sepenuhnya tercapai.
Para karyawan yang mencapai target kadang mendapat bonus ("reward"). Sedangkan yang gagal mencapainya tidak diberi bonus; bahkan bisa jadi malah kena sanksi ("punishment").
Hidup dengan pola "reward" dan "punishment" diwarnai kegelisahan tentang pencapaian dan hadiah yang akan diterimanya. Pola pikir ini bisa menjangkiti pula mental hidup beriman. Banyak orang beragama yang menghayati imannya secara baik dengan harapan memperoleh pahala dari Tuhan. Tidak buruk.
Namun, orang lupa bahwa dalam beriman itu yang terpenting bukan yang diperoleh dari Tuhan, melainkan apa yang dipersembahkan kepada-Nya. Bukankah Tuhan memenuhi yang manusia perlukan; bukan yang diinginkan?
Kepada orang yang telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Tuhan diberikan balasan seratus kali lipat. Itulah ukuran Tuhan; maha pemurah. Semua itu akan diperolehnya karena dia menghayati hidup dengan penuh iman. Artinya, orang berserah dan memberikan seluruh dirinya kepada Tuhan.
Ukuran sejati keberhasilan hidup ternyata bukan pada berapa banyak yang seseorang terima dari Tuhan, melainkan yang telah dipersembahkan kepada-Nya. Ukuran ini memang terbalik; bahkan berlawanan dengan cara dunia ini mengukur.
Ukuran Tuhan memang berbeda dari ukuran manusia. "When you focus on being a blessing, God makes sure that you are always blessed in abundance," kata Joel Osteen.*)
Salam dan Tuhan memberkati.
JTSS, Minggu, 5 Maret 2023AlherwantaRenalam 064/23
*) Tatkala anda fokus menjadi berkat, Tuhan senantiasa melimpahkan berkat berlimpah kepada anda.