Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Menjelang akhir tahun pembukuan banyak perusahaan sibuk mempersiapkan laporan keuangan tahunan. Laporan itu antara lain untuk mengetahui posisi rugi-laba perusahaan.
Banyak yang mencatat keuntungan, karena tekun dan teliti mengelola yang dipercayakan masyarakat kepada perusahaan. Namun ada pula perusahaan besar yang malah bangkrut, karena tidak diurus dengan baik.
Hidup ini bagaikan harta yang dipercayakan kepada setiap orang. Masing-masing dituntut untuk mengembangkannya. Hasilnya bukan hanya untuk diri sendiri dan sesama, tetapi juga untuk memuliakan Tuhan. Rahmat Tuhan itu bersifat sosial dan spiritual.
Dalam perumpamaan (Lukas 19: 11-28) setiap hamba diberi satu mina. Ada yang menghasilkan sepuluh; ada yang menjadikannya 5 mina. Tetapi satu hamba menyembunyikan mina itu, karena takut kepada tuannya. Hasilnya nol. Orang ini dihukum, karena tidak menunjukkan sikap setia terhadap pemberian yang diterimanya.
Itu sama saja dengan menolak Tuhan menjadi rajanya (Luk 19: 14). Dia tidak melaksanakan amanat dari tuannya alias membangkang. Menolak memuliakan Tuhan dengan menelantarkan anugerah yang telah diberikan-Nya.
Demikianlah, kelak setiap orang mesti membuat laporan tentang cara mengelola hidupnya. Ada yang terdapat setia melaksanakan amanat Tuhan. Ada pula yang sibuk mencari alasan untuk membenarkan kelalaian dan kemalasannya.
Bagaimana selama ini orang mengelola segala yang Tuhan percayakan (waktu, fasilitas, bakat, kemampuan, dan lain-lain)? Apapun jawabannya kelak menjadi bahan dari laporan akhir kehidupannya.
Rabu, 17 November 2021Peringatan Santa Elisabet dari Hungaria | RP Albertus Agung Herwanta, O. Carm.