Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm
Ketika kita bangun pagi ini, mungkin kita bertanya dalam hati: "Apakah hidup saya ini benar-benar berkenan kepada Allah?" Pertanyaan ini adalah inti panggilan hidup kita sebagai anak-anak Allah. Kita rindu bukan hanya dikasihi oleh manusia, tetapi juga oleh Allah sendiri. Hari ini, melalui teks dari Yesaya, Titus, dan Injil Lukas, kita diajak untuk merenungkan bagaimana menjadikan hidup kita berkenan kepada-Nya.
1. Bersihkan Jalan Hati
Dalam kitab Yesaya, ada seruan yang menggema: “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan raya bagi Allah kita!” (Yesaya 40:3). Tuhan menginginkan hati kita menjadi tempat yang layak bagi-Nya, tetapi sering kali jalan hati kita penuh dengan batu-batu dosa, bukit-bukit kesombongan, dan liku-liku ketidakjujuran.
Maka, mari bertanya: apakah ada luka, kebencian, atau dosa yang masih kita pelihara? Tuhan berkata, “Hiburkanlah umat-Ku” (Yesaya 40:1). Dia ingin membawa damai, mengampuni dosa kita, dan meratakan jalan hati kita. Persiapan ini dimulai dari kerendahan hati dan keberanian untuk bertobat.
2. Hidup dalam Kasih Karunia
Kasih karunia Allah itu luar biasa. Rasul Paulus berkata dalam surat kepada Titus bahwa kasih karunia Allah “mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan” (Titus 2:12). Ini bukan hanya tentang menjauhi dosa, tetapi juga tentang hidup dalam kesalehan, keadilan, dan pengendalian diri.
Hidup dalam kasih karunia berarti percaya bahwa Allah bekerja dalam hidup kita, bahkan ketika kita merasa lemah. Dia menolong kita untuk menjadi terang di dunia ini, bersemangat dalam perbuatan baik, dan memancarkan kasih-Nya. Hidup yang berkenan kepada Allah adalah hidup yang mengalirkan kasih kepada sesama.
3. Ikuti Teladan Yesus
Injil Lukas hari ini membawa kita pada momen yang luar biasa: Yesus dibaptis, langit terbuka, dan suara Allah berkata: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Lukas 3:22). Perhatikan, saudara-saudari: Yesus tidak melakukan mukjizat sebelum pembaptisan-Nya. Ia belum menyembuhkan orang sakit atau memberi makan ribuan orang. Tetapi Allah sudah menyatakan kasih-Nya.
Ini berarti bahwa hidup yang berkenan kepada Allah tidak dimulai dari pencapaian kita, tetapi dari relasi kita dengan-Nya. Seperti Yesus, kita dipanggil untuk hidup taat kepada Allah, setia dalam doa, dan terbuka terhadap bimbingan Roh Kudus. Ketika kita hidup dalam kesadaran bahwa kita adalah anak-anak yang dikasihi Allah, hidup kita akan memancarkan sukacita dan damai sejahtera-Nya.
Hidup dalam Kasih Allah
Hidup yang dikasihi dan berkenan kepada Allah bukanlah sesuatu yang sulit dijangkau. Tuhan sendiri yang memampukan kita. Mulailah dengan bertobat, hiduplah dalam kasih karunia-Nya, dan ikutilah teladan Yesus. Mari kita renungkan: Apakah hari ini kita siap berkata kepada Tuhan, “Bapa, bentuklah aku menjadi anak-Mu yang berkenan di hadapan-Mu”? Ingatlah, Allah yang memanggil kita juga akan memberikan kekuatan untuk menjadikan hidup kita tempat di mana kasih-Nya nyata.
Baru-baru ini setelah perayaan Tahun Baru, saya diundang oleh suatu keluarga di Ende untuk merayakan misa arwah, peringatan malam keempat. Momen peringatan itu bagi saya telah menjadi momen inspiratif, karena ada dua hal.
Pertama, Ketika tiba pada saat sambutan keluarga, pihak keluarga menyampaikan ucapan terima kasih kepada anggota koor yang pada waktu itu adalah OMK. Koor sangat bagus. Ketika pihak keluarga mengajak hadirin, mari kita tepuk tangan, anjing-anjing satu kampung berlari mendekati anggota koor dan menggongong. Saya menafsirkan bahwa itu bahasa pujian dan hiburan ala anjing. Kalau anjing saja bisa menghibur manusia, apalagi kita pasti bisa menghibur yang lain dan menghibur diri.
Kedua, ketika jam makan tiba, pihak keluarga datang menawarkan kepada saya satu botol berwarna kuning telur, katanya minum racikan sendiri yang sangat enak dan sehat. Saya bertanya apa namanya, dia menjawab, „Namanya Jamu, Jati, Kendi,“ Namanya unik sekali. Apa artinya, „ ternyata artinya penting sekali untuk kita dan sesuai pesan bacaan hari ini: supaya dikasihi dan berkenan kepada Allah, harus Jamu, Jati, Kendi: Harus Jaga Mulut, Jaga Hati dan Kendalikan Diri. Amin.